Saturday, March 2, 2013

Tambang Emas Naga Juang, Berkah Tuhan di Sumatera Utara


detikTravel Community - 

Selain Danau Toba, ada tempat lain yang wajib dikunjungi saat ke Sumatera Utara, yaitu Naga Juang, di Kabupaten Mandailing Natal. Di sana, Anda bisa jalan-jalan sambil melihat tambang emas.

Mandailing Natal merupakan kabupaten yang terletak di Sumutera Utara. Di kota ini terdapat banyak perbukitan. Salah satunya Naga Juang.

Naga Juang adalah bukit yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal. Kawasan ini merupakan tempat kegiatan penambangan emas. Penambang bukan hanya dari Kota Panyubangan saja, tapi juga dari berbagai kota lain. Serunya lagi, para penambang di sana berasal dari berbagai suku.

Naga Juang merupakan berkah yang diberikan oleh sang pencipta. Betapa tidak, tanah dalam badan bukit memiliki kandungan biji emas.

Mendengar cerita dari masyarakat tepat sekitar tahun 2010, masyarakat sering merasakan gempa yang tidak wajar dan suara yang ledakan di dalam perbukitan. Masyarakat semakin curiga dengan seringnya helikopter yang berlalu lalang di atas langit perbukitan itu.

Ternyata benar di atas bukit ada yang sedang membuat pertambangan modern. Dengan menggunakan bom dan alat-alat berat di sinilah orang asing yang sedang bekerja.

Masyarakat curiga dengan keberadaan pertambangan ini. Sekelompok masyarakat pun mencoba masuk ke dalam area tersebut. Mereka sangat terkejut karena ternyata lokasi itu adalah tambang emas.

Dengan rasa percaya diri dan penasaran sekelompok masyarakat mencoba membuat lobang di sekitar pertambangan. Berbekal ilmu apa adanya, sekelompok masyarakat ini memang menemukan biji-biji emas.

Berita pun mulai tersebar dan saat itu juga masyarakat sekitar bukit Naga Juang melakukan penambangan. Dengan tersebarnya pertambangan ini, banyak orang hampir dari seluruh penjuru berdatangan untuk ikut menambang.

Bermodal pengetahuan yang minim, ada orang yang berani mempekerjakan dari luar daerah, bahkan luar pulau juga ada. Karena itu, di tempat pertambangan ini sering terdengar bahasa lain, seperti bahasa Batak Toba, Batak simalungun, Batak Mandailing dan batak lainnya. Bukan cuma itu, ada juga terdengar bahasa Sunda, dan bahasa Jawa.

Bukit Naga Juang memiliki ketinggian kurang lebih 1.000 mdpl dan masih sangat terlihat alami. Kebetulan aku pulang kampung, rumahku terletak di Kota Padang Sidempuan.

Aku bersama paman berangkat ke sana, dan kebetulan juga paman memilik lobang pertambangan. Perjalanan malam dari rumah melalui jalan yang beraspal.

Perjalanan yang kami tempuh kurang lebih 30 menit untuk mencapai desa. Dari desa menuju bukit sekitar 30 menit, dari kaki bukit ke puncak dapat ditempuh 30 menit. Ini pun menggunakan sepeda motor, dan sekitar 3 jam lagi di tempuh dengan jalan kaki.

Meski begitu, perjalanan ini sangat mengasikan karena begitu banyak tantangan. Menaiki motor serasa menggunakan motor trail. Terlebih medan jalanan berupa anak-anak sungai, bebatuan, jalan setapak dan jurang.

Kondisi paling menantang adalah saat hujan. Ketika itu jalanan sangat susah dilalui karena licin. Perjalanan kaki pun tak kalah menantang, karena kami harus berjalan di kemiringan gunung sekitar 70-80 derajat.

Di atas bukit udara sangat dingin, saya tidur di kemah paman. Pagi hari saya terpukau dengan pemandangan matahari terbit. Awan-awan yang berjalan seperti di Semeru, dan melihat aliran sungai dan rumah-rumah sebesar kuku jari saya.

Di puncak bukit kita akan menemui kemah-kemah masyarakat yang melakukan kegiatan penambangan. Bisa dibilang sekitar 5.000 orang ada berada di sana. Sungguh ramai seperti pasar.

Saya sangat terkejut sesampai di sana. Sangat menajubkan lubang-lubang yang dibuat. Kalau diukur, kedalaman lubang sekitar 10-20 meter. Menengok ke dalam lubang, ada semacam jalan tikus untuk berjalan.

Melihat mereka bekerja, ini adalah pekerjaa yang mempertaruhkan nyawa. Bagaimana tidak, lubang yang dibuat memiliki keamanan seadanya.

Mendengar cerita mereka, mereka sangat puas dengan pekerjaan ini. Mereka bisa memiliki penghasilan Rp 5-10 juta/minggu.

0 komentar:

Post a Comment