Wednesday, March 20, 2013

Ada Ular Kepala Dua dan Gua Mimpi di TN Bantimurung


Makassar - Untuk traveler pecinta alam, wajib mampir di TN Bantimurung Bulusaraung di Sulsel. Banyak aktivitas menarik yang bisa pelancong lakukan, mulai dari melihat hewan unik sampai air terjun.

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TNBB) adalah kawasan taman nasional yang berada di Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan. Sebagai kawasan konservasi, TNBB juga ramai dikunjungi karena beberapa atraksi wisatanya yang menarik.

"Kawasan taman nasional terbagi dua, ada di Pangkat ada di Maros. Yang di Maros itu kawasan Bantimurung kalau yang di Pangkat itu Bulusaraung," jelas Staff Kepegawaian TNBB, Rendy kepada detikTravel, Rabu (20/3/2013).

Taman nasional ini memiliki luas sekitar 14.000 hektar. Di dalamnya, berbagai aktivitas menarik bisa dilakukan, mulai dari basah-basahan di air terjun, masuk ke gua, hingga pengamatan hewan.

Salah satu yang paling ramai adalah air terjun Bantimurung. Sesuai namanya, air terjun ini berada di Bantimurung, tepatnya Kabupaten Maros, sekitar 40 km dari Kota Makassar. Bisa dibilang, air terjun ini adalah daya tarik wisata di Sulsel.

"Masuk ke air terjun, bisa main-main air, bisa juga masuk ke gua yang ada di sana," kata Rendy.

Datang ke kawasan air terjun, Anda tidak hanya bisa merasakan dinginnya air pegunungan, tapi juga masuk ke dalam dua gua di dekatnya. Kedua gua tersebut adalah Gua Batu dan Gua Mimpi.

"Di Gua Batu ada batu stalaktit. Kata orang sana ada batu jodoh, ada tempat orang dulu bertapa," jelas Rendy.

Pindah ke Gua Mimpi, Anda bisa melihat stalaktit dan stalakmit yang tak kalah bagus. Beberapa di antara memiliki bentuk mirip Candi Borobudur, ada pula yang berbentuk kepala hewan, seperti ayam dan singa.

"Biaya masuknya Rp 15.000/orang. Ini sudah termasuk air terjun dan gua," tutur Rendy.

Puas bermain air dan masuk ke dalam gua, pelancong bisa melanjutkan perjalanan ke Taman Kupu-kupu.

"Ada berbagai jenis kupu-kupu yang dilindungi di sini. Bisa lihat kepompong, telur, ulat, kupu-kupu yang masih hidup dan kupu-kupu awetan" ujar Rendy.

TNBB TNBB tak hanya memamerkan aneka kupu-kupu yang ada, tapi juga ikut mengembangbiakkan untuk kelestarian. Jadi, pengunjung bisa datang langsung ke butterfly breeding, tempat untuk mengembangbiakkan kupu-kupu.

"Biaya masuk ke Taman Kupu-kupu Rp 2.500/orang," imbuh Rendy.

Untuk traveler penantang adrenalin, bisa datang ke Karst Maros-Pangket. Di Karst Maros-Pangket, Anda bisa menjajal tebing tinggi yang asyik untuk dipanjat. Salah satu lokasi favorit para pecinta panjat tebing adalah kawasan Pattunuang Asue atau Biseang Labboro.

Bagi yang suka hiking atau naik gunung, TNBB juga punya Gunung Bulusaraung. Gunung ini memiliki ketinggian 1.353 mdpl.

"Anak-anak mapala sering naik gunung ini," celetuk Rendy.

Sambil mendaki gunung, Anda bisa menikmati lantunan musik alam, yang berasal dari suara hewan dan gesekan daun yang terkena angin.

"Hewannya kita ada Macaca maura, Macaca nigra (monyet hitam Sulawesi), tarsius, rangkong, dan reptil," jelas Rendy.

Beberapa hewan yang disebut adalah endemik Sulawesi, seperti Macaca maura dan Tarsius fuscus. Khusus tarsius, pengunjung bisa melihatnya langsung di alam. Hanya saja ini akan cukup sulit, karena tubuh tarsius yang kecil.

"Kita ada penangkaran juga, bisa lihat tarsius di sana," ucap Rendy.

Nah, untuk Anda pecinta reptil, ular berkepala dua Cylindrophis melanotus bisa ditemukan di sini. "Iya itu juga ada. Reptil-reptil yang lain juga banyak kok," kata Rendy.

Berbagai burung pun bisa ditemukan di TNBB ini. Beberapa di antara jenis tersebut adalah rangkong Sulawesi (Aceros cassidix), kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus), Elang, dan Kutilang (Pycnonotus aurigaster).

Sampai dengan tahun 2011, pada kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung telah terdaftar 522 spesies satwa liar. Jenis-jenis satwa liar tersebut terdiri dari 17 spesies mamalia, 115 spesies aves, 9 spesies amphibi, 23 spesies reptilia, 260 spesies insekta, serta 98 spesies collembola, pisces, moluska dan lain sebagainya.

Tak hanya untuk wisata, TNBB juga kerap dikunjungi untuk penelitian. Khusus yang ingin melakukan penelitian, Rendy berpesan sebaiknya lakukan prosedur perizinan terlebih dahulu.

"Bisa buat surat izin masuk kawasan konservasi, sekitar seminggu sebelum mulai, setelah itu bisa mulai penelitian," tutup Rendy.

0 komentar:

Post a Comment