Thursday, January 10, 2013

Kisah Makam Nazi Jerman di Megamendung


Bogor - Tinggi di atas gunung, kawasan Puncak, Bogor memiliki destinasi yang mengundang misteri, yaitu makan tentara Nazi di Megamendung. Mungkin Anda juga tidak pernah menyangka sama sekali. Yuk, ke sana!

Penasaran, detikTravel pun mencari keberadaan makam tentara Jerman ini. Senin (7/1/2013) pagi, saya berangkat menuju kawasan Puncak. Mobil melaju cepat mulai dari berangkat hingga tiba keluar Tol Ciawi. Tidak ada macet atau halangan berarti.

Sebelum tiba, sempat terlintas di pikiran dimanakah letak makam ini. Bertanya ke masyarakat sekitar pun tidak ada yang tahu. Pencarian semakin sulit karena hujan yang mengguyur Bogor begitu setia menemani di sepanjang perjalanan.

Di pinggir jalan dekat pertigaan Gadog, menyelip satu papan petunjuk yang bertuliskan 'Situs Makam Jerman 4 Km'. Tanpa ragu, saya pun langsung masuk ke arah panah yang tertera di papan.

Setelah sekitar 45 menit, tiba juga saya di lokasi. Ternyata makam ini berada di daerah Arca, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Dilihat dari lokasi, tak heran kalau makam Nazi hanya diketahui sedikit orang. Tempatnya jauh di lereng Gunung Pangrango, dan tertutup pepohonan tinggi.

Senang karena berhasil menemukan makam, saya pun langsung masuk. Hal pertama yang dilihat adalah sebuah tugu bertuliskan 'Deutscher Soldatenfriedhof, Tugu Peringatan Untuk Menghormati Prajurit Jerman yang Telah Gugur'. Di depannya, berjejer rapi makan dengan nisan salib.

Perlahan, saya pun mendekati makam satu persatu. Di nisan itu tertulis nama dan pangkat masing-masing prajurit. Jika dihitung ada 10 makam di sana. Tapi sayang, tidak ada keterangan lanjut mengenai keberadaan makam ini.

Rasa penasaran semakin membuncah. Saya pun mencari keberadaan pengurus makam, Bu Nyai namanya.

"Makam ini sudah ada dari dulu, sejak bapak saya. Begitu bapak meninggal tahun 2001, terus ke ibu lanjut ke saya," jelas Bu Nyai saat ditemui detikTravel.

Meski tidak diketahui banyak orang, ternyata makam ini rutin dikunjungi warga Jerman yang ada di Indonesia, terutama dari pihak kedutaan.

"Bulan November biasanya rutin datang, bisa sampai 70 orang. Mereka upacara di sana," tambah Bu Nyai.

Selain warga Jerman, makam ini juga rutin dikunjungi anak sekolah. Biasanya mereka datang berkelompok.

"Anak sekolah juga suka datang, biasanya mereka ramai-ramai naik motor," ucapnya.

Tapi sayang, Bu Nyai tidak tahu pasti sejak kapan makam ini sudah ada di sana.

"Saya tidak tahu pasti kapan ada, dari dulu sejak saya di sini sudah ada makamnya," jelas Bu Nyai logat Sunda yang khas.

Memang tidak banyak yang tahu tentang makam ini. Tapi dari penelusuran detikTravel, sejarawan Jerman, Herwig Zahorka pernah menulis keberadaan makam dalam sejumlah artikel.

Menurutnya, dulu ada kakak beradik Jerman bernama Emil dan Theodor Hellferich membeli tanah di Sukaresmi seluas 900 hektar dan membangun perkebunan teh. Pada tahun 1926, mereka membangun tugu untuk mengenang teman-temannya yang gugur dalam PD I.

Selama membangun perkebunan teh, banyak orang Jerman lain yang bergabung dengan mereka. Ada dokter, insinyur, tukang kayu, seniman dan lain-lain. Helfferich bersaudara kembali ke Jerman pada tahun 1928 dan perkebunan teh diurus oleh Albert Vehring.

Kemudian pada 1939, Perang Dunia II meletus. Adolf Hitler yang didukung Partai Nazi menyatakan perang. Jepang yang menjadi sekutu Jerman berhasil menaklukkan Belanda pada 1943. Tentara Jerman masuk lagi ke Jawa bersama Jepang. Tentara Adolf Hitler yang ikut masuk adalah Angkatan Laut Nazi Jerman (Kriegsmarine) dari armada kapal selam (U-Boot) U-195 dan U-196. Mereka mengambil alih lagi kebun teh di Sukaresmi.

Seperti dicatat sejarah, Jerman dan Jepang kalah dalam Perang Dunia II. Para tentara Jerman ini pun gugur satu persatu, dan 10 di antaranya dimakamkan di Megamendung. Mereka adalah:

1. Letnan Friederich Steinfeld, meninggal karena disentri dalam tawanan pasukan sekutu
2. Letnan Satu Laut Willi Schlummer, dan
3. Letnan Insinyur Wilhelm Jens, keduanya gugur di tangan pejuang kemerdekaan Indonesia pada 1945 karena disangka tentara Belanda
4. Letnan Laut W Martens, terbunuh dalam perjalanan kereta api Jakarta-Bogor
5. Kopral Satu Willi Petschow, meninggal karena sakit di perkebunan teh mereka
6. Letnan Kapten Herman Tangermann meninggal karena kecelakaan
7. Dr Heinz Haake
8. Eduard Onnen
9 & 10. Dua makam 'Unbekannt' atau tanpa nama.

Tertarik melihat langsung kawasan ini? Sayangnya Anda harus sedikit bersabar. Longsor baru saja terjadi di Jalan Raya Puncak, Desa Ciloto, Jawa Barat pada Rabu, (9/1) pukul 16.30 WIB. Tepatnya di depan Hotel Bukit Indah. Musibah ini mengakibatkan jalur utama Puncak menuju Cipanas dan sebaliknya ditutup.

Meski lokasi longsor cukup jauh dari destinasi wisata ini, macet kemungkinan akan menghadang traveler yang akan ke kawasan puncak.

0 komentar:

Post a Comment