Wednesday, March 13, 2013

5 Monumen Keren di Surabaya Tapi Luput dari Wisatawan


Surabaya - Bicara tentang Surabaya, Anda pasti ingat monumen buaya dan hiu yang jadi ikon kota ini. Tapi rupanya, ada 5 monumen lain di Surabaya yang luput dari pandangan wisatawan. Masing-masing punya cerita dan sejarah.

Dihimpun detikTravel, Kamis (14/3/2013), berikut 5 monumen keren di Surabaya yang biasanya luput dari pandangan wisatawan. Coba perhatikan baik-baik lokasinya, dan cobalah mampir untuk berfoto atau sekadar melihat-lihat:

1. Monumen Bambu Runcing

Monumen ini berlokasi di Jalan Jendral Panglima Sudirman, tepat di jantung Kota Surabaya. Warga Indonesia pasti tahu, bambu runcing adalah senjata tradisional yang digunakan saat pertempuran melawan Belanda. Bambu runcing juga jadi salah satu simbol kepahlawanan.

Monumen inilah salah satu bukti kalau Surabaya adalah Kota Pahlawan, mengingat pertempuran sengit pada 10 November 1945. Ada 5 pilar berbentuk bambu runcing, dengan tinggi berbeda pada masing-masing pilar. Pada waktu tertentu, air mengalir dari pilar tersebut layaknya air mancur.

Monumen Bambu Runcing dikelilingi taman kecil yang dipenuhi tanaman. Karena terletak di jantung kota, wisatawan pasti dengan mudah menangkap wujudnya. Anda pasti akan melewati monumen ini jika akan berkunjung ke Kebun Binatang Surabaya, Tunjungan Plaza, Surabaya Plaza, dan Tugu Pahlawan Surabaya.

2. Monumen Gubernur Suryo

"Berulang kali kami telah diberitahu bahwa lebih baik jatuh berkeping-keping daripada dijajah lagi. Dan sekarang dalam menghadapi ultimatum Inggris, kita akan berpegang teguh untuk menolak ultimatum."

Begitulah kalimat yang tertera dalam prasasti Monumen Gubernur Suryo. Nama asli pahlawan Surabaya ini adalah Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo. Dialah Gubernur Jawa Timur pertama, menjabat dari tahun 1945-1948. Ia dibunuh saat pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948.

Monumen Gubernur Suryo berlokasi di Kompleks Taman Apsari, persis di depan Gedung Negara Grahadi di Jalan Gubernur Suryo. Monumennya berbentuk patung figur sang mantan Gubernur dalam posisi berdiri. Prasasti dengan kalimat seperti disebut sebelumnya terletak persis di bawahnya.

Kalimat itu ditulis tanggal 9 November 1945 pukul 23.00 WIB di Nirom Broadcast, Jalan Embong Malang Surabaya, yang sekarang menjadi Hotel JW Marriott. Selain sebagai simbol kepahlawanan Gubernur Suryo, taman di sekitar monumen ini biasa dijadikan tempat nongkrong arek-arek Suroboyo.

3. Monumen Jenderal Sudirman

Berhadapan dengan Monumen Bambu Runcing terdapat Monumen Jenderal Sudirman. Siapa pula yang tak kenal Panglima Jenderal Soedirman sebagai salah satu pembela tanah air?

Di Surabaya, monumen ini berlokasi di Jl Yos Sudarso. Tampak figur sang Jenderal sedang berdiri tegap, tangan di kedua sisi tubuhnya. Sementara di Jakarta, wisatawan mengenal Patung Sudirman yang menghadap Jl MH Thamrin. Pada Patung Sudirman Jakarta, tangan kanan sang Jenderal dalam posisi hormat.

Inilah simbol perjuangan Panglima Jenderal Sudirman dalam mempertahankan Tanah Air. Wisatawan bisa dengan mudah menemukan monumen ini, layaknya Jl MH Thamrin di Jakarta, Jl Yos Sudarso di Surabaya juga merupakan jalan protokol yang ramai. Di jalan ini pula terdapat Gedung Balai Kota, Hotel New Garden Palace, Mess Angkatan Laut Yos Sudarso, juga gerbang masuk ke Balai Pemuda.

4. Monumen Kapal Selam

Wisatawan pasti heran, di tengah Kota Surabaya terdapat sebuah kapal selam tua yang merupakan monumen sekaligus museum. Monumen Kapal Selam, disingkat Monkasel, berlokasi di Jalan Pemuda, di bantaran Kalimas Surabaya. Sama seperti monumen-monumen sebelumnya, Monumen Kapal Selam juga berlokasi di pusat kota.

Ini adalah salah satu armada Angkatan Laut RI buatan Uni Soviet tahun 1952, namanya KRI Pasopati 410. Dulu ini adalah salah satu kendaraan perang andalan, yang pernah terlibat dalam Pertempuran Laut Aru untuk pembebasan Irian Barat dari pendudukan Belanda.

KRI Pasopati 410 merupakan salah satu dari sekian banyak Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) TNI AL. Kapal selam ini dinonaktifkan tahun 1990, kemudian berubah fungsi menjadi monumen sekaligus museum. Wisatawan bisa menjelajah 7 ruangan di kapal selam ini, termasuk Ruang Luncur Torpedo lengkap dengan periskopnya.

5. Monumen Jalesveva Jayamahe

Jalesveva Jayamahe, nama yang unik untuk sebuah monumen. Dua kata tersebut merupakan semboyan TNI AL, yang artinya 'Di Laut Kita Berjaya'. Tak tanggung-tanggung, monumen ini setinggi 30,6 meter ditopang dengan bangunan setinggi 30 meter.

Patung di atasnya menggambarkan seorang perwira Angkatan Laut RI lengkap dengan pedang kehormatannya, berdiri tegap menghadap Pelabuhan Tanjung Perak. Sangat menggambarkan keberanian dan kegagahan para perwira dalam menantang gelombang dan badai di laut lepas, serta mempertahankan wilayah NKRI.

Monumen ini dibuat oleh Nyoman Nuarta, yang juga membuat patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. Monumen Jalesveva Jayamahe juga berfungsi sebagai mercusuar bagi kapal-kapal yang ada di Pelabuhan Tanjung Perak.

0 komentar:

Post a Comment