Wednesday, January 2, 2013

Ada 'Cahaya Surga' di Gua Jomblang, Gunungkidul


detikTravel Community - 

Gua Jomblang di Jetis Wetan, Gunungkidul bukanlah gua biasa. Di sini tersembunyi keindahan alam yang tak ada duanya. Sebuah gua bawah tanah yang menghasilkan cahaya menakjubkan, mereka biasa menyebutnya 'Cahaya Surga'.

Gua yang berdiameter sekitar 50 meter ini, pertama kali dijelajahi pada 1984 oleh Acintyacunyata Speleological Club (ASC), kelompok penjelajah Gua dari Yogyakarta. Menurut cerita masyarakat pada 1970-an, gua ini dulu dijadikan lokasi pembunuhan massal anggota PKI. Percaya tidak percaya!

Kejadian ini sempat membuat takut masyarakat setempat dalam waktu yang cukup lama, sehingga akhirnya gua ini tidak dijamah manusia. Konon banyak yang mencoba masuk dan akhirnya hilang.

Namun, kemudian pada 1990-an, masyarakat sekitar Gua Jomblang melakukan doa bersama. Sejak saat itu, tidak ada lagi penjelajah Gua Jomblang-Grubug yang hilang.

Turis pun bisa menjajal serunya telusur Gua Jomblang. Perjalanan dimulai dari sisi lubang gua yang berdiameter sekitar 50 meter dengan kedalaman sekitar 80 meter. Di sini, Anda menuruni ke dasar Gua Jomblang dengan Teknik Single Rope Technique (SRT). SRT adalah teknik menelusuri gua vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun medan-medan vertikal.

Setelah sampai di dasar Gua Jomblang, suasana hutan purba dan tumbuhan khas di tempat ini telah mengalami evolusi, karena hanya menerima sedikit sinar matahari. Uniknya, beberapa tumbuhan yang hidup di sini merupakan tumbuhan endemik yang tidak ditemui di atas permukaan gua.

Setelah itu, Anda akan menyusuri lorong menembus perut bumi dari Gua Gomblang menuju Gua Grubug sekitar 300 meter. Untuk masuk ke dalam, traveler harus berhati-hati karena jalan yang dilalui sangat licin akibat tetesan PGEgaHJlZj0iaHR0cDovL2FkaXByYW1hbmEuY29tLzIwMDkvMDIvYWlyLWR1a3VuLWNpbGlrLXBvbmFyaS1zdWRhaC1iZXJlZGFyLmh0bWwNIiB0YXJnZXQ9Il9ibGFuayIgcmVsPSJub2ZvbGxvdyI+YWlyPC9hPiB5YW5nIHRlcnVzIG1lbmdhbGlyIGRhcmkgc3RhbGFndGl0IGd1YS4gPGJyIC8+PGJyIC8+RGkgYWtoaXIgbG9yb25nIGd1YSwgQW5kYSBwdW4gYWthbiB0aWJhIGRpIHBpbnR1IEd1YSBHcnVidWcuIFNlYm9uZ2thaCBiYXR1IGdhbXBpbmcgeWFuZyBzZWxhbWEgaW5pIG1lbmphZGkgaWtvbiBHdWEgR3J1YnVnIGFrYW4gdGVybGloYXQuIEJhdHUgdGVyc2VidXQgYmVyZGlyaSBrb2tvaCBkYW4gYmVyd2FybmEgcHV0aWggc3VzdS4gTWVsaWhhdCBrZSBhdGFzIGJhdHUsIGFkYSA8YSBocmVmPSJodHRwOi8vYWRpcHJhbWFuYS5jb20vMjAwOS8wMi9haXItZHVrdW4tY2lsaWstcG9uYXJpLXN1ZGFoLWJlcmVkYXIuaHRtbA0iIHRhcmdldD0iX2JsYW5rIiByZWw9Im5vZm9sbG93Ij5haXI8L2E+ abadi yang mengandung karbonat dan terus keluar dari celah-celah stalagtit gua, menetes seperti gerimis hujan.

Sebuah lubang sebesar 10 meter menganga di atas Gua Grubug Dubang dan  ditutup tumbuhan yg menjalar di atas lubang. Dari sinilah sumber cahaya matahari membentuk pemandangan siluet-siluet yang mengagumkan yang biasa disebut 'Cahaya Surga'.

Momen inilah yang ditunggu-tunggu para traveler, dan hanya terjadi sekitar jam 11.00-13.00. Sedangkan, bulan terbaik untuk mendapatkan cahaya surga sekitar bulan Juli-Agustus. Di sini 'cahaya surga' tepat jatuh di tengah-tengah batu ikon Gua Grubug.

Setelah mengabadikan semua momen yang ada, saatnya kita kembali dengan rasa yang terpuaskan dan tak percaya akan karunia tuhan yang melukis keindahan alam di bawah perut bumi Indonesia.

0 komentar:

Post a Comment