Friday, March 15, 2013

Begini Serunya Menyelam di Pulau Pramuka


detikTravel Community - 

Keindahan bawah laut Pulau Pramuka tak hanya asyik dinikmati dengan snorkeling. Jika belum pernah, cobalah sekali-kali menyelam. Ada banyak terumbu karang dan aneka ikan laut cantik yang akan menemani penyelaman Anda.

Setelah untuk kesekian kalinya dilarang menyelam karena tidak memiliki lisensi menyelam, akhirnya saya bisa mengikuti join diving. Kegiatan ini saya lakukan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

Join diving sebenarnya lebih tepat disebut dengan aktivitas setengah diving. Seperti biasa, awalnya saya tidak boleh bergabung ke dalam grup berisi penyelam ini. Untungnya ada seorang teman saya yang sedang mengambil sertifikasi menyelamnya memberikan ide yang bagus.

"Bisa ikutan nyelam, tapi syaratnya harus berenang tandem," begitu kata teman saya dengan logat Jawa yang kental.

Meski belum mengerti apa maksud dari berenang tandem, saya tidak terlalu peduli. Saya malah sudah sangat bersemangat dan kegirangan untuk berenang di laut dengan kedalaman lebih dari 20 meter nanti. Maklum selama ini saya baru pernah menyelam melalui free dive.

Hal pertama yang saya pelajari dalam peraturan menyelam adalah, 'Don't dive alone'. Ya, sejago-jagonya seorang penyelam, sangat tidak diperkenankan untuk melakukan solo diving.

Biasanya penyelam akan begitu antusias ketika melihat objek menarik di dasar laut. Tanpa sadar, banyak kejadian di mana arus yang deras justru membawa penyelam tersebut kehilangan navigasi akan posisinya.

Bagi saya, diving merupakan salah satu kegiatan untuk belajar mengendalikan diri. Kepanikan atau pun salah mengambil keputusan bisa berujung pada akibat yang sangat fatal.

Meskipun diving bukan untuk show-off (pamer), sejujurnya saya sudah merasa begitu bangga. Meskipun sebenarnya baru sesaat lagi akan merasakan pengalaman diving ini.  

Untuk mempersiapkan misi diving pertama ini, saya mulai dengan belajar bernafas melalui selang beroksigen. Yang cukup unik dan diluar hal normal adalah kita sama-sama mengambil dan membuang nafas melalui mulut, bukan melalui hidung. Persis seperti yang dilakukan ketika snorkeling.

Jadi jika belum terbiasa bernafas dengan cara seperti ini harus berhati-hati. Salah-salah, bukannya udara yang masuk hidung, malah air.

Begitu pertama kali mencoba bernapas menggunakan selang, oksigen murni langsung memasuki tubuh. Terasa segar. Tapi mungkin lebih tepatnya terasa beda dari udara kota Jakarta yang penuh polusi.

Usut boleh usut, oksigen murni ini juga sangat bagus untuk pernafasan. Tak hanya itu, oksigen murni juga bisa membuat muka terlihat lebih awet muda dan lebih segar.

Hanya dengan latihan singkat dan masih dalam kondisi kebingungan karena sedikit arahan, teman saya melompat dari perahu. Tanpa peralatan apapun kecuali kacamata renang yang bertengger di kepala, mau tidak mau saya langsung menyusul turun ke laut.

Byur! Perairan Pulau Pramuka pun siap menyajikan pemandangan bawah laut yang menarik. Tidak lama setelah ini saya baru mengerti apa maksud teman saya dengan diving tandem.

Karena tidak memakai beban pemberat di pinggang, awalnya saya merasa kebingungan ketika harus berenang mengikuti teman ini. Alhasil, saya harus berenang dengan segenap tenaga untuk melawan arus dan bergerak ke dasar laut. Sedangkan teman saya hanya tinggal menekan salah satu tombol di pakaian selam, untuk mengeluarkan oksigen dan menenggelamkan dirinya.

Pasti akan lebih mudah jika saya sudah punya sertifikat dan bisa memakai peralatan lengkap. Wajar karena sebelum diving kita harus ditimbang dan diberikan pemberat di badan sesuai dengan berat tubuh kita. Jadi jangan heran kalau semakin berat Anda, maka akan semakin banyak bandul pemberat yang akan menempel di badan.

Saat berenang, berkali-kali saya merasakan ada sentuhan-sentuhan kecil di bagian kulit tubuh saya. Ternyata ketika berenang di laut, ikan-ikan kecil sejenis plankton yang hampir tidak terlihat oleh mata ini akan menggigit kita.

Meskipun tidak begitu terasa, tapi sentuhan makhluk ini cukup membuat kulit tubuh saya terasa sangat gatal. Salah satu pencegahannya adalah dengan melapisi seluruh bagian tubuh kita dengan lotion. Saya juga jadi mengerti kenapa sebelumnya saya harus rela menerima paksaan untuk melapisi kulit saya dengan whitening. Ya, makhluk sekecil debu ini memang bisa masuk ke bagian tubuh mana saja, tanpa terkecuali. Jadi, bersiaplah!

Melalui isyarat ibu jari dan jari telunjuk yang membentuk sandi huruf O, teman saya seperti menanyakan "Kamu baik-baik saja kan?"

Setelah kembali membalas dengan lingkaran O yang berarti "clear" tersebut, kami mulai melakukan penyelaman lebih dalam. Meskipun terbiasa melakukan snorkeling, sebenarnya ada suatu ketakutan yang selalu hinggap di pikiran saya waktu berenang di laut terbuka.

Saya selalu membayangkan ada ikan hiu yang bisa tiba-tiba datang untuk menerkam. Tapi ternyata, semakin dalam menyenang malah membuat keadaan menjadi semakin seru sekaligus mendebarkan.

Sambil berenang menelusuri tebing laut, tidak terasa jarum navigasi sudah menunjukkan kedalaman air di level 15 meter. Beberapa kali tekanan di kuping saya terasa cukup keras.

Untungnya saya sudah mempelajari cara untuk menghadapi perubahaan tingkat kedalamanan yang drastis seperti ini. Cara pertama yaitu membuka mulut seperti ketika kita menguap. Cara kedua adalah dengan menjepit hidung dengan jari dan menghentakkan udara ke kuping. Alhasil, bising dan tekanan di telinga bisa teratasi.

Pengalaman yang sangat mendebarkan adalah ketika air laut mulai memasuki kacamata renang saya. Jika penyelam normal bisa 'membersihkan' isi kacamata dan mengeluarkan air dengan oksigennya, tidak demikian dengan saya.

Semakin dalam menyelam, maka saya harus menahan tekanan pada kacamata yang terasa semakin keras. Semakin banyak rembesan air yang memasuki kacamata renang saya yang begitu kecil. Alhasil, saya harus menahan pemandangan bercampur air di dalam kacamata ini sepanjang sisa penyelaman.

Sensasi puncaknya adalah ketika teman saya memberi tanda jari telunjuk ke bawah dan kemudian memberi signal angka 25. Saya langsung paham kalau teman saya mengajak saya menyelam ke kedalaman 25 meter. Meskipun cahaya tampak semakin gelap dan saya mulai kembali teringat dengan ketakutan saya terhadap hiu. Tapi saya tidak akan membuang kesempatan ini.

Saya semakin merasakan begitu mendebarkannya berenang masuk ke perut bumi dan semakin jauh dari daratan. Sinar matahari juga tampak semakin jauh dari penglihatan. Rasanya seperti sedang berada di dunia yang berbeda. Mungkin sensasi seru dan mendebarkan ini yang membuat orang menjadi rindu untuk kembali melakukan diving berikutnya.

Semakin ke dasar laut, semain banyak variasi ikan laut yang melintas. Setelah menyelam lebih dari 15 menit, akhirnya kami mulai beranjak naik ke perairan.

Ternyata arus bawah laut membuat kami muncul di lokasi yang begitu jauh dari tempat asal saya melakukan penyelaman. Tepat di bawah perahu-perahu nelayan yang diparkir di Dermaga Pulau Pramuka ini, saya mengakhiri sensasi menyelam. Pengalaman ini benar-benar mendebarkan dan membuat saya berpikir dua kali untuk kembali mengulanginya.

Saya menyebut penyelaman pertama diving saya ini dengan menyelam setengah diving alias tandem. Meskipun hanya menyelam tandem, saya merasa begitu senang dan bangga. Ini karena pertama kalinya bisa menyelam begitu dalam ke dasar laut dengan menggunakan selang oksigen cadangan, yang menempel pada peralatan selam teman saya.

"Certainly, travel is more than the seeing of sights; it is a change that goes on, deep and permanent, in the ideas of living." Miriam Beard

0 komentar:

Post a Comment