Friday, April 26, 2013

Myanmar Tawarkan 'Rel Kereta Maut' untuk Wisatawan


Burma - Death Railway alias Rel Kereta Maut, menjadi saksi kekejaman kerja paksa yang dilakukan tentara Jepang di perbatasan Myanmar. Ribuan nyawa melayang saat itu. Death Railway akan diramaikan kembali untuk wisatawan.

Destinasi dengan sejarah pilu, seringkali menarik perhatian wisatawan. Begitu juga dengan jalur kereta Death Railway yang menyimpan sejarah pilu pada masa kekejaman Jepang di Myanmar pada tahun 1942. Bangunan ini juga menjadi salah satu saksi bisu Perang Dunia II yang terkenal.

Dari situs News Australia, Jumat (26/4/2013) Death Railway banyak dikenal wisatawan karena film 'The Bridge Over the River Kwai'. Wisatawan membutuhkan waktu sekitar 3 jam dari Bangkok untuk sampai di Kota Kanchanaburi yang menjadi lokasi jalur kereta tersebut.

Death Railway memiliki panjang sekitar 420 km yang menghubungkan Thailand dan Myanmar. Jalur kereta ini, dahulu digunakan sebagai jalur transportasi Jepang yang berperang melawan pasukan Inggris dan sekutunya.

Selama pembuatannya, jalur kereta ini menelan banyak korban. Sekitar 13.000 tawanan perang yang ditangkap di Singapura, Semenanjung Melayu dan Hindia Belanda, meninggal selama pembuatan Death Railway. Selain tawanan perang, pembangunan jalur kereta ini.

Kelelahan, kepalaparan, penyakit, dan penyiksaan adalah penyebab utama kematian para pekerja paksa itu. Tentara Jepang memaksa mereka mengerjakan jalur kereta, dengan menembus hutan dan batuan antara Oktober 1942 sampai Desember 1943.

"Setiap hari kami bekerja. Kalau kerja kami lambat, mereka tidak hanya mengikat tangan. Mereka juga akan mencambuk para pekerja dengan cambuk kawat. Saat itu, Jepang sangat kejam," cerita salah satu mantan pekerja yang juga ikut dalam pembangunan Death Railway, Robert Goodwin.

Selain Death Railway, di Thanbyuzayat, Mon, Burma juga terdapat Thanbyuzayat War Cemetery. Di sana terkubur 3.000 pasukan sekutu yang juga meninggal saat pembuatan jalur kereta tersebut.

Selain taman pemakaman, juga terdapat sebuah lokomotif tua di pinggiran Kota Thanbyzayat. Lokomotif ini menjadi pengingat dari keadaan pilu selama pembangunan Death Railway. Di sekitar lokasi juga terdapat patung-patung para tahanan. Namun sayang, sebagian relnya sudah tertutup oleh rumput liar. Begitu juga dengan patung-patungnya yang sudah rusak dan tak bisa dikenali.

Kisah keji yang menyeliputi Death Railway ini pun dianggap bisa menarik perhatian wisatawan. Phyoe Wai Yar Zar dari Tourism Board Myanmar juga mengatakan, Death Railway dan lokasi di sekitarnya menyimpan potensi wisata yang bisa berkembang.

0 komentar:

Post a Comment