Tuesday, April 23, 2013

Chinatown Cantik dan Bersih di Kuching, Malaysia


Kuching - Hampir tiap kota besar punya Chinatown, tak terkecuali Kuching di Malaysia. Walaupun punya karakteristik sama, Chinatown di Kuching sangat cantik, bersih, dan ramah wisatawan. Adakah yang seperti ini di Indonesia?

Sabtu (13/4/2013), hangatnya mentari pagi menyinari Kota Kuching di Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Pagi itu, tepat pukul 09.45 waktu setempat, tim ekspedisi Women Across Borneo bersama beberapa wartawan sudah duduk di sepeda masing-masing. Helm sudah terpasang, tenaga sudah disiapkan, saatnya gowes keliling kota!

Setelah melintasi kawasan Waterfront tepat di pinggir Sarawak River, kami berbelok ke salah satu sisi gerbang Chinatown.

"Ini salah satu gerbang Chinatown, namanya Jalan Padungan. Gerbang satu lagi ada di dekat Carpenter Street," tutur guide kami, perwakilan dari Sarawak Tourism Board yang juga ikut bersepeda.

Eits, tapi kami tak masuk dari gerbang ini. Sang guide mengajak kami berkeliling kota, mengunjungi beberapa tempat, sampai akhirnya masuk Chinatown dari Carpenter Street yang ia sebut sebelumnya. Keunikan pertama ada di gerbangnya: patung kucing besar berwarna putih yang mengenakan topi dan syal kain khas Dayak.

"Ayo kita berhenti di sini dulu. Belum sah ke Kuching kalau belum PGEgaHJlZj0iaHR0cDovL2FkaXByYW1hbmEuY29tLzIwMTAvMDMvZm90by10ZWxhbmphbmctZmFocmFuaS5odG1sDSIgdGFyZ2V0PSJfYmxhbmsiIHJlbD0ibm9mb2xsb3ciPmZvdG88L2E+IGRpIHNpbmksIiBrYXRhbnlhLiBUYW5wYSB0ZWRlbmcgYWxpbmctYWxpbmcsIHJvbWJvbmdhbiBwdW4gbWVtaW5nZ2lya2FuIHNlcGVkYSBkYW4gYmVyPGEgaHJlZj0iaHR0cDovL2FkaXByYW1hbmEuY29tLzIwMTAvMDMvZm90by10ZWxhbmphbmctZmFocmFuaS5odG1sDSIgdGFyZ2V0PSJfYmxhbmsiIHJlbD0ibm9mb2xsb3ciPmZvdG88L2E+ ria.

Satu demi satu, sepeda demi sepeda, memasuki kawasan Chinatown di Kuching. Jalan mulus dua arah yang terpisah oleh trotoar berumput tampak sangat bersih, tanpa sampah. Rumah dua tingkat berderet di sisi kiri dan kanan jalan. Ornamen khas China berwarna merah-emas dan tulisan Mandarin mendominasi pandangan.

Meski cuaca semakin terik, pohon-pohon besar di sepanjang jalan membawa atmosfer sejuk dan rindang. Tak sedikit kendaraan yang parkir dan lalu-lalang, namun aktivitas bersepeda tetap nyaman di sepanjang Chinatown. Selintas saya lihat toko-toko makanan, suvenir, minimarket, sampai rental sepeda tersedia di sepanjang jalan.

Meski Chinatown terkenal sebagai tempatnya para turis, hal itu tak sepenuhnya benar di Kuching. Banyak toko yang menjual barang-barang non-turis seperti peralatan rumah tangga, salon, sampai bengkel. Kafe khas peranakan yakni kopitiam yang juga merupakan salah satu budaya masyarakat Melayu, tak hanya dinikmati wisatawan tapi juga warga sekitar.

Namun yang namanya Chinatown, kelengkapan barang dan harga-harga yang murah, selalu diincar wisatawan. Di sepanjang Carpenter Street terdapat hotel bujet, resto kaki lima, juga kelenteng-kelenteng China lengkap dengan pagoda dan tempat sembahyang. Wisatawan bisa memasuki kelenteng tertua yakni Tua Pek Kong Temple, berseberangan dengan Chinese History Museum.

Tak terasa, perjalanan menyusuri Chinatown berakhir sudah. Di ujung jalan kami disambut tugu dengan 3 patung kucing yang tak terlalu besar. Namun walau sebentar, inilah Chinatown favorit saya. Bersih, cantik, juga rindang.

0 komentar:

Post a Comment