Monday, January 7, 2013

Mantra & Darah Anak Ayam, Cara Suku Dayak Menyambut Wisatawan


detikTravel Community - 

Ada proses penyambutan tamu yang unik di wilayah Suku Dayak Wehea di Kutai Timur, Kaltim. Tetua adat di sana akan membacakan mantera dan menyembelih anak ayam. Lalu, darahnya akan dicercahkan pada kening wisatawan.

Hutan Lindung Wehea dengan luasan mencapai 38.000 hektar, tidak dapat dipisahkan dengan Komunitas Masyarakat Hukum Adat Wehea di Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur, Kaltim. Pengukuhan secara adat pada tanggal 6 November 2004 lalu, seolah menjadi bukti keterkaitan antara budaya masyarakat Wehea dengan keberadaan Hutan Lindung Wehea itu sendiri.

Menindaklanjuti bukti keberadaan masyarakat Wehea yang terkait erat dengan Hutan Lindung Wehea, maka setiap tamu yang datang wajib menjalani ritual adat. Setiap ada kunjungan, terutama yang baru pertama kali datang ke Hutan Lindung Wehea, selalu disambut dengan ritual penyambutan dalam Adat Wehea.

Ritual penyambutan tersebut bertujuan agar selama berada dalam Hutan Lindung Wehea, wisatawan selalu dilindungi dan juga terhindar dari sakit. Selain itu, juga terhindar dari gangguan roh-roh jahat penunggu daerah tersebut.

Dalam prosesi tersebut, biasanya disediakan beberapa media sesembahan yang ditujukan kepada Dewa Pelindung dan penunggu kawasan. Sesembahan tersebut berupa, Lekoq Keptiaq berupa beras, sirih, pinang, dan rokok, juga disiapkan gelang dari benang berwarna merah yang dipasang tiga buah manik berwarna merah, kuning dan hitam. Tidak ketinggalan pula telur dan anak ayam yang akan disembelih dan darahnya dicerakan pada kening para wisatawan dan patung Hong Nah dan Joot Bleu.

Sebelum ritual dilaksanakan, terlebih dulu dibuat telkeak yang diikat dengan tali rotan dan juga batang bambu. Sebagai umbul-umbul, telikeak tersebut dihiasi dengan pengsut, yaitu hiasan dari rautan batang kayu khusus dan digantungkan pada bambu.

Ketika semua telah siap, tetua adat laki-laki dan perempuan memasuki lokasi ritual, termasuk tamu dan berdiri di belakang telkeak. Semua tamu wajib menyentuh sesembahan termasuk Lekoq Keptiaq dan kemudian dilakukan pembacaan mantra dan doa agar semua selamat dan sehat walafiat.

Selepas membacakan mantra, kemudian seorang tetua adat menyembelih anak ayam dan darahnya ditaruh di atas daun pisang. Setelah itu, tetua adat tersebut akan mencercahkan darah pada kening wisatawan satu persatu. Selanjutnya masing-masing tamu mengoleskan darah anak ayam ke patung penunggu kawasan.

Pada akhir ritual dilakukan pemasangan gelang sebagai pertanda, semua traveler secara adat telah menjalani ritual tersebut dan juga telah menjadi sahabat Wehea. Kearifan tersebut, menjadi penting karena selalu dilakukan orang Wehea kepada wisatawan yang baru pertama kali datang ke kawasan Hutan Lindung Wehea.

Sebagai penutup acara, secara bersama-sama para tamu dan tetua adat membaur untuk menarikan tarian Tumbambataq yang diiringi dengan paluhan gong. "Selamat memasuki kawasan dan semoga semuanya selamat dan panjang umur," demikian ungkapan akhir yang disampaikan ketika ritual selesai dilaksanakan.

0 komentar:

Post a Comment