Saturday, December 8, 2012

Mengenal Sosok Penjaga Ujung Timur Indonesia


detikTravel Community - 

 

Memasuki wilayah Tugu Perbatasan 13 mm di Merauke yang menjadi tanda batas akhir wilayah NKRI, seorang polisi dengan senyum mengembang datang menyambut. Itulah Ipda Ma'ruf Suroto, sang pahlawan penjaga perbatasan.

Usia Pak Ma'ruf telah menginjak 45 tahun bulan Juni lalu. Semburat kelelahan sudah terlihat lewat beberapa kerut di wajahnya. Namun jiwanya tetap muda, begitu pula semangatnya dalam menjaga teras batas timur Negara Indonesia.

Bapak Ma'ruf telah bertugas di Polsek Sota, Kota Merauke, sejak tahun 1993. Pada tahun 2003, ia juga ikut membantu dalam pembangunan taman perbatasan.

Sayangnya, taman itu menjadi tidak terurus dan justru ditumbuhi rumput tinggi. Akhirnya pada tahun 2005, Pak Ma'ruf terpanggil untuk menjaga pelataran perbatasan.

Bersama istri tercinta, Ibu Titiek Handayani, Pak Ma'ruf membersihkan dan mengolah taman tersebut menjadi tempat wisata.

"Saya sudah ajak teman-teman yang lain, tapi mereka tidak mau. Ya sudah, saya jalan sendiri saja. Niat saya sepenuhnya untuk melayani masyarakat. Jadi saya ingin habiskan sisa hidup saya untuk menjaga perbatasan ini," ujar Pak Ma'ruf.

Pak Ma'ruf sendiri yang minta ditempatkan sebagai penjaga tugu perbatasan. Awalnya beliau hanya sekedar membersihkan dan menanami taman dengan pohon kayu putih dan palem. Ternyata setelah taman itu bersih dan tertata, banyak masyarakat yang datang untuk sekedar berfoto atau melihat-lihat.

Pak Ma'ruf dan istri melihat ini sebagai sebuah peluang untuk membuka usaha. Dimulai dengan membuka warung makanan, kini usaha Pak Ma'ruf merambah ke usaha penjualan oleh-oleh dan suvenir.

"Awalnya saya cuma jual gado-gado, tapi banyak tamu yang minta saya buat jual oleh-oleh. Biar bisa dibeli buat kenang-kenangan kata mereka," cerita Pak Ma'ruf sambil tersenyum.

Selain membuka usaha sendiri, Pak Ma'ruf juga tidak lupa mengajak masyarakat sekitar untuk meramaikan taman perbatasan 13 mm itu. Beberapa warga dari Sota diberi tempat untuk berjualan tas, dan aneka suvenir khas merauke.

"Ide berjualan itu sudah dari tahun 2011. Awalnya sendiri, saya ambil barang dari Papua Nugini dan dari Bandung. Tapi lama-lama saya bilang sama masyarakat untuk sama-sama buka usaha disini. Akhirnya sekarang mereka ramai berdagang disini. Hari libur lebih ramai," ujar Pak Ma'ruf.

Bagi Pak Ma'ruf, perbatasan memiliki arti yang sangat penting. Ini adalah pagar negara yang harus dijaga demi kedaulatan.

Namun, ia selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat negara tetangga. Bahkan, oleh masyarakat Papua Nugini ia dipanggil 'Pakde'.

Rasa cinta Pak Ma'ruf begitu dalam pada perbatasan. Ia pun mengungkapkan rasa cintanya itu dalam sebuah lagu yang ia ciptakan di sela-sela rutinitasnya. 

"Tugu Perbatasan Sota, Yang terkenal dimana-mana. Siapa Yang datang kesana, Pasti akan terpesona. Marilah bersama kita menjaga, Demi keutuhan bangsa!"

Karena kontribusinya yang sangat besar terhadap kemajuan wilayah perbatasan, beliau mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa dari Aiptu menjadi Ipda MA'ruf Suroto.

Saya terharu, dan hanya bisa berharap agar banyak Ma'ruf Suroto lain yang begitu loyal terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Semoga perhatian pemerintah juga semakin ditingkatkan dalam menjaga garda depan negara kita yang tercinta, Tanah Air Indonesia.

 

0 komentar:

Post a Comment