Thursday, December 6, 2012

Ini Rasanya Sehari Menjadi Suku Asli Papua


detikTravel Community - 

Bertemu suku asli Papua, Suku Dani di Wamena akan memberi Anda banyak pengalaman istimewa. Anda dapat bermalam, bernyanyi, menyaksikan tari perang, dan hidup seharian di tengah-tengah mereka. Ada banyak cerita di sana.

Suku Dani tinggal di Desa Obia, Kecamatan Kurulu, Wamena. Mereka masih sangat berpegang teguh dengan adat dan budaya dari nenek moyang. Ketika memasuki wilayah Wamena, saya disuguhkan dengan pemandangan alam yang sangat indah.

Jalan raya tampak terlihat sepi, hanya 1-2 kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya. Kebetulan mobil yang saya naiki adalah mobil yang mepunyai bak terbuka. Jadi saya naik di bagian bak terbukanya, karena saya ingin menikmati udara dan pemandangan alamnya yang sangat luar biasa indahnya. Udara yang sejuk dan sedikit dingin membuat saya ingin segera sampai ke perkampungan Obia.  

Akhirnya mobil yang saya tumpangi berhenti di pinggir jalan. Wah, ternyata saya sudah dekat dengan perkampungan Obia. Setelah itu saya mulai berjalan menyusuri jalan setapak untuk menuju ke perkampungan tempat Suku Dani tinggal.

Jarak dari jalan raya menuju perkampungan Suku Dani tidak begitu jauh. Kira-kira hanya menghabiskan waktu sekitar 10 menit saja dengan berjalan kaki. Rasa lelah hilang seketika dan berganti dengan semangat yang sangat menggebu-gebu untuk bertemu masyarakat Suku Dani.

"Waa, waa, waaa, waaa, waaa, waaaaaa," teriak Kepala Suku Dani untuk menyambut kedatangan saya dan teman satu tim saya. Terikan itu mempunyai arti selamat datang bagi para tamu yang akan bertamu ke Kampung Obia.

Kami semua saling berjabat tangan kepada kepala Suku Dani, lalu diajak untuk segera memasuki area desa. Ketika akan memasuki pekampungan, kami harus melewati sebuah pagar kayu yang di atasnya ditutupi dengan atap ilalang.

Bahkan saat akan melewatinya, kami semua harus naik sedikit dan menundukan kepala. Gerbang pintu masuk dibuat agak tinggi untuk menghalangi supaya babi tidak keluar area perkampungan.

Saya sedikit terganggu dengan bau-bau yang membuat hidung saya kurang nyaman. Bau-bau itu berasal dari kotoran hewan babi di sepanjang jalan. Akan tetapi, setelah melihat rumah honai dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat Suku Dani, saya justru menikmati suasana di sini.

Malam pun tiba dan saya sempatkan untuk bermain bermain bersama dengan anak-anak di perkampungan. Ketika bermain bersama, saya merasakan suatu kebahagian yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Gelak tawa anak-anak yang bermain dengan saya mampu menghilangkan seluruh rasa capek pada tubuh ini.

Anak-anak Suku Dani mempunyai wajah yang sangat lucu, melihat tingkahnya saja sudah membuat diri saya tersenyum bahagia. Mereka mempunyai rambut keriting yang menggemaskan, memegang rambutnya saja membuat saya sedikit geli. Bayangkan saja, rambut anak Suku Dani itu rasanya seperti karpet yang ditaruh di atas kepala!

Lelah bermain bersama, saya dan tim Dream Destination Papua mendapat undangan istimewa dari Mama Tua. Kami diajak untuk bergembira bersama dengan cara bernyanyi bersama di dalam perapian dapur.

Saya benar-benar mendapatkan kehangatan yang berlipat ganda. Selain mendapat kehangatan dari perapian dapur, saya juga merasakan kehangatan kekeluargaan yang terjalin dengan erat.

Kantuk sudah mulai datang, kami semua segera merapatkan diri untuk bermalam  di dalam Honai. Honai yang kami tempati mempunyai ukurang yang sedikt besar. Benar-benar malam yang sangat panjang dan menyenangkan.

Keesokan paginya, kami semua mepersiapkan diri untuk mengikuti seluruh kegiatan yang dilakukan oleh semua masyarakat suku Dani. Setelah membersihkan diri, Keken dan saya menyempatkan diri untuk keluar area perkampungan untuk merasakan udara pagi Wamena. Pagi yang sangat indah, dimana sinar matahari yang menembus awan menyinari pegunungan.

Pulang dari berjalan-jalan, tampak semua para masyarakat dani terlihat sibuk mempersiapkan sesuatu yang istimewa. Setelah diamati, ternyata mereka sedang mepersiapkan pertunjukan tari perang. Para pria memepersiapkan peralatan perang, dan para wanita mempersiapkanya dengan memeprcantik diri mengenakan kostum adat mereka.

Persiapan selesai, dan kami pun menikmati jalanyan proses tari perang yang mereka suguhkan. Tarian perang selaesai, kami semua melanjutkan acara bakar batu, yaitu cara memasak suku Dani yang cukup unik. Sebelum kami semua berpamitan, para masyarakt suku Dani mulai mengeluarkan semua kerajinan tangan mereka untuk di jajakan kepada kami semua.

Mengikuti kegiatan suku Dani selama seharian benar-benar menambah wawasan dan pengalaman saya tentang kehidupan bermasyarakat yang berpegang teguh dengan adat-istidat setempat. Tentang bagaiman menjaga keseimbangan alam dan pengaruh dunia luar.

0 komentar:

Post a Comment