detikTravel Community -
Malam itu terasa panjang di Jayapura. Obrolan seputar sebelas hari berkeliling Papua seolah tidak ada habisnya. Sedih, itulah perasaan yang dialami tim Dream Destination Papua saat hari terakhir di Bumi Cendrawasih ini.
Kamis (29/11/2012), kami kembali tiba di kota Jayapura. Hiruk pikuk Bandara Sentani pun menyeruak memekakkan telinga. Karena ada sedikit kendala, kami harus menunggu beberapa saat sebelum dijemput untuk selanjutnya pergi ke kota Jayapura.
Bertujuh kami duduk di pelataran bandara. Ada yang mendengarkan musik, ada yang berbincang, dan ada juga yang sibuk mengambil gambar. Saya sendiri sedang mengobrol dengan Annisa, pemenang Dream Destination Papua asal Semarang, ketika rasa gundah tiba-tiba datang. Sedih rasanya membayangkan besok, saat saya dan teman-teman harus kembali ke Jakarta.
Tak lama berselang, jemputan pun datang. Satu persatu kami menaikkan barang dan tas-tas besar ke bagasi belakang. Saya perhatikan, anggota tim sudah tak sesemangat biasanya. Begitu pula saya yang memilih lebih banyak diam sampai akhirnya kami diantarkan ke Danau Sentani untuk berkeliling.
Puas berkeliling Danau Sentani, tiba saatnya kami diantarkan ke hotel untuk bermalam. Malam ini, kami menginap di Swiss Belhotel Jayapura yang memiliki pemandangan laut di belakangnya.
Perjalanan dari Danau Sentani menuju hotel lumayan jauh, sekitar satu setengah jam. Sepanjang jalan, kami melewati distrik Abepura yang jauh lebih ramai dari distrik lain di Papua. Banyak pertokoan dan supermarket disini. Awalnya kami mengira, inilah kota Jayapura. Ternyata, salah!
Perjalanan kembali diiringi dengan barisan pepohonan yang sepi perumahan. Mau dibawa kemana lagi ini? Pikir saya saat itu. Ternyata, setelah melewati jalanan yang cukup tinggi, pengantar kami berkata, "Itu tuh kota Jayapura."
Saya terkejut, takjub melihat lampu-lampu berkelip di Kota Jayapura. Saya dan teman-teman lainnya terlihat seperti sesorang baru kali ini datang ke kota. Tapi percayalah, saya baru tahun kalau Jayapura itu mirip dengan Bandung.
Sesampainya di hotel, kami bergegas membersihkan diri dan langsung makan malam. Makanan enak yang disajikan ditambah pemandangan laut dan lampu-lampu kapal membuat malam itu makin sempurna. Obrolan-obrolan ringan pun mengalir tiada henti.
Kami masih dibuat takjub oleh Papua. Terbang di atas Puncak Carstenz yang bersalju, memakan ulat sagu, menyusuri sungai dengan Suku Kamoro, pengalaman naik helikopter pertama kali, melihat Suku Dani yang masih menggunakan koteka dan noken, bermain di bukit pasir putih di Wamena, menyusuri Danau Sentani, dan masih banyak lagi. Keindahan Papua rasanya sulit dikalkulasikan dengan angka.
Kebersamaan kami selama sebelas hari memberi pengalaman, pelajaran, dan tentunya keluarga baru bagi saya. Karakter yang berbeda tiap anggota tim, tingkah laku setiap orang saat di jalan, dan wajah-wajah kami ketika sedang lelah akan menjadi cerita yang selalu saya ingat. Semoga akan ada kisah liburan lain yang mempertemukan kami bertujuh lagi. Sampai jumpa Papua!
0 komentar:
Post a Comment