
detikTravel Community -
Mendaki Gunung Tampomas sebagai pengalaman pertama naik gunung, tentu akan menjadi tantangan. Namun siapa tahu, aneka rintangan yang ditemui malah akan jadi momen yang paling dikenang saat traveling.
Kami sebenarnya bukan anggota Mapala atau konservasi gunung. Tapi, kami adalah anggota pers mahasiswa. Banyaknya deadline pembuatan berita dan ini itu, membuat kami sedikit lebih pusing dari pada teman-teman mahasiswa lainnya.
Atas dasar itulah, kami yang notabene memang punya hobi yang sama dan kebetulan juga ingin menghilangkan jenuh, sering banget traveling. Kami sering banget pergi ke curug, air terjun, pantai, pokoknya ke tempat-tempat wisata. Yang menantang itu naik gunung.
Nggak sampai berpikir jauh dan bertele-tele, kita dengan nekat naik gunung itu. Padahal tenda pun tak punya, kompor kecil apa lagi. Tapi karena saking niatnya, kami telepon-telepon orang yang bisa dipinjam tendanya. Alhasil kita dapat tenda pramuka bocah dan tenda terpal, sungguh tragis memang.
Kami sampai Cirebon pukul 22.00 WIB malam dan besoknya pukul 06.00 WIB pagi kami melanjutkan ke Gunung Tampomas di Sumedang dengan truk. Kami berdoa karena belum memiliki pengalaman naik gunung.
Selesai makan sebungkus nasi, kami langsung melangkahkan kaki. Tim hiking kami terdiri dari 3 cewek dan 10 cowok. Kami pikir, gunung yang nggak terkenal ini treknya biasa-biasa saja, ternyata dahsyat! Yang agak sedikit mistis adalah melihat sesajen dimana-mana dan kita sempat melihat harimau yang menghilang begitu saja. Ternyata menurut cerita, gunung ini adalah tempat pertapaan Prabu Siliwangi.
Di gunung ini, treknya nyaris tidak terlihat dan kita harus mencari sendiri. Kami pun sempat salah jalur. Kami sempat menginjak mata air, jatuh, terpeleset, keseleo dan makin susah sampai ke puncak. Itulah yang terjadi saat perjalanan. Setelah beberapa kilometer, kami takjub melihat jalan yang kita lewati nanti akan menanjak tajam.
Kami membuang tongkat buat berjalan dan barang yang tidak perlu. Kami hanya membawa tas super berat yang isinya baju, makanan dan 1 jerigen air. Air ini kita ambil dari bawah karena hanya itu satu-satunya mata air.
Salah satu teman cewek kita hampir jatuh ke jurang karena pijakan kaki dan tangannya rapuh. Kami juga harus melewati jurang dengan tali tambang kumal. Sampai akhirnya kita sudah mendekati puncak, hujan turun sangat deras dan hampir maghrib.
Alhasil kita semua basah kuyup. Tas beserta isinya basah semua. Akhirnya kita terus ke puncak dalam keadaan masih hujan karena tidak ada tempat berteduh. Kami membangun tenda di puncak seadanya. Para cowok membangun tenda pramuka dan tenda terpal. Tenda pramuka yang untuk cewek merembes air dan akhirnya kami semua bergabung di satu tenda terpal.
Di dalam tenda kami hanya bisa duduk karena nggak muat untuk tiduran. Sementara dinginnya sampai masuk ke tulang. Kaki keram, perut keram. Akhirnya kami membuat api untuk menghangatkan badan. Hujan berhenti dan kami bisa memasak mie karena kami cuma makan tadi pagi dan tidak tidur sama sekali.
Sampai akhirnya, kami melihat matahari terbit. Subhanallah! Benar-benar kekuasaan Allah. Indah sekali langit yang dia ciptakan. Sinar matahari yang menyinari gunung, membuat adanya bayangan gunung yang terlihat indah sekali. Kami semua nggak bisa berkata-kata melihat keindahan yang Allah kasih.
Kami benar-benar lupa dengan kejadian di perjalanan dan penderitaan di tenda. Gunung Tangkuban Perahu terlihat dari pandangan kami. Sungguh ini perjalanan yang indah dan penuh dengan memori. Walaupun banyak rintangan yang kita lewati, itu tetap menjadi petualangan yang sangat indah bagi kami.
0 komentar:
Post a Comment