Monday, March 11, 2013

Jelajah Krakatau, Mulailah dari Pantai Ini


detikTravel Community - 

 

Di Pulau Sebesi, Lampung traveler bisa melihat jelas Kepulauan Krakatau dari kejauhan. Dari sini, traveler dapat memulai petualangan ke pantai pasir hitam Pulau Anak Krakatau dan menelusuri pulau-pulau cantik lainnya.

Setelah memutari bagian selatan Pulau Sebesi, Kepulauan Krakatau terlihat jelas dari kejauhan. Pulau Panjang, Rakata, Sertung dan pantai pasir hitam Pulau Anak Krakatau adalah jejak pertama yang saya tapakkan di kepulauan ini.

Dini hari saya mendapati jejak sudah berada di Pelabuhan Merak, di Kota Cilegon, Banten pada tanggal 28 Juli 2011. Tujuan saya adalah untuk menyeberangi Selat Sunda yang memisahkan antar Pulau Jawa dan Sumatera.

Konon ada legenda yang mengatakan kalau ledakan Krakatau, tentunya sebelum Tahun 1883-lah yang memisahkan kedua pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia tersebut. Selanjutnya, pelabuhan yang akan dituju adalah Pelabuhan Bakauheni, Provinsi Lampung.

Saya sedikit Lupa nama kapal roro yang kami tumpangi pada waktu itu. Tetapi ada 2 kapal yang tampak di dalam berkas dokumentasi saya, yaitu BSP 1 dan Bahuga Jaya. Ingat Kapal Bahuga Jaya? Kapal tersebut pernah mengalami kecelakaan pada tanggal 26 September 2012, setelah menabrak kapal tanker di dekat perairan Pelabuhan Merak.

Teman seperjalanan saya adalah rekan senior sesama mahasiswa program pascasarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB). Berkat dia saya dapat mengetahui bagaimana harus mencapai Krakatau. Kebetulan topik penelitiannya dilakukan di Pulau Sebesi, pulau berpenduduk yang terdekat dengan Kepulauan Krakatau.

Kami sampai di Merak dan langsung menuju ke Pelabuhan Canti untuk dijemput oleh Kapal Patroli Polisi Hutan dari BKSDA Lampung. Secara hukum ini merupakan wilayah wewenangnya.

Keberangkatan menuju Kepulauan Krakatau akan dilakukan besok paginya, karena cuaca dan ombak yang tidak mendukung. Sehingga kami harus bermalam di Pulau Sebesi pada hari itu. Pulau Sebesi termasuk gunung yang tidak aktif karena melihat puncaknya yang tertutupi oleh hutan dan perkebunan penduduk lokal.

Pulau ini memiliki ekosistem terumbu karang yang dijaga oleh masyarakat dalam bentuk Daerah Perlindungan Laut (DPL). Pulau ini merupakan contoh hasil Proyek Pesisir yang sukses di Indonesia dalam program pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil berbasis masyarakat berkelanjutan.

Lihat saja, terdapat 4 wilayah DPL yang dikelola sendiri oleh masyarakat setempat. Hebatnya lagi, terdapat ekosistem pesisir tropis lengkap di kawasan ini yaitu mangrove, lamun dan terumbu karang. Ditambah satu pulau kecil di sebelah timur pulau, yaitu Pulau Umang, dengan hamparan gosong karang yang mengelilingi pinggir pulau.

Dua set alat dasar selam dibawa untuk melaksanakan survei penelitian yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Tujuan utama adalah untuk menandai lokasi-lokasi pengambilan contoh dan pengamatan terumbu karang.

Keberangkatan ke Kepulauan Krakatau dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2011. Perjalanan menggunakan kapal patroli memakan waktu 1 jam 30 menit. Setelah memutari bagian selatan Pulau Sebesi, Kepulauan Krakatau terlihat jelas dari kejauhan.

Keempat pulau yang menyusun entitas Kepulauan Krakatau langsung teridentifikasi dalam benak saya. Selama ini hanya membayangkan melalui peta dan gambar-gambar google, yaitu Pulau Panjang, Rakata, Anak Krakatau dan Sertung.

Sambil menatap keempat pulau tersebut dalam hati berpiki saya berpikir, kalau dengan pengalaman penyelaman yang masih sedikit dan kurangnya peralatan seperti ini, kami hanya bisa melakukan dokumentasi dan memperkirakan lokasi-lokasi yang sesuai. Kamera bawah air, alat tulis bawah air, GPS tahan air dan alat dasar penting lainnya tidak dibawa.

Sehingga hasil dari survey ini akan kurang memuaskan. Tapi, semangat saya tidak menyurutkan air laut Krakatau. Pantai pasir hitam Pulau Anak Krakatau adalah jejak pertama yang saya tapi di Kepulauan Krakatau.

 

0 komentar:

Post a Comment