Wednesday, February 6, 2013

Sejarah Makassar Tersimpan Rapi di Benteng Belanda Ini


Makassar - Di Makassar, wisatawan bisa mengunjungi salah satu peninggalan kolonial Belanda yakni Fort Rotterdam. Di tempat ini terdapat Museum La Galigo yang punya banyak cerita sejarah soal masyarakat Sulawesi Selatan.

Detikcom beserta rombongan dari Garuda Indonesia Ekspansi Indonesia Timur, berkesempatan mengunjungi tempat bersejarah tersebut pada Selasa (5/2/2013). Museum tersebut berlokasi di di depan pelabuhan laut Makassar. Museum ini berisi perjalanan budaya masyarakat Sulawesi Selatan yang mayoritas dihuni oleh suku Bugis, Toraja dan Mandar.

Koleksi yang ada di museum La Galigo ini digolongkan dalam beberapa kategori, mulai dari benda-benda prasejarah hingga kisah peradaban. Koleksi tersebut menceritakan asal usul nenek moyang suku Bugis, Toraja dan Mandar. Mulai dari zaman berburu (paleolitikum) hingga zaman masyarakat sudah mengenal peradaban (modern).

Pengunjung bisa melihat fosil-fosil bebatuan, kayu, kerang-kerangan, senjata kuno seperti kapak, juga mata panah peninggalan masyarakat berburu. Selain itu, pengunjung juga bisa melihat patung-patung batu peninggalan masyarakat megalitikum yang dulunya dianggap keramat oleh masyarakat. Ada pula alat pembuat sampan beserta sampannya.

Bergeser ke masa kerajaan, di beberapa etalase di ruangan tersebut terlihat peninggalan kerajaan besar di Sulawesi Selatan. Ada mahkota peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo, keris, naskah-naskah kuno, bendera dan senjata. Bahkan ada juga senjata tembak seperti bedil dan meriam tangan peninggalan zaman Belanda, serta miniatur rumah-rumah adat.

Di museum ini wisatawan bisa mengenal betul karakter masyrakat Sulawesi Selatan yang notabene adalah masyarakat pesisir. Di salah satu ruangan terdapat penjelasan bagaimana cara masyarakat Sulsel membuat kapal, alat penangkap ikan, hingga peralatan dapur myang tradisional. Salah satu ruangan juga memperlihatkan miniatur kapal Phinisi yang terkenal, mulai dari cara pembuatan hingga bentuk jadinya.

Rusli, salah satu juru pandu Museum La Galigo mengatakan, kapal Phinisi merupakan salah satu identitas masyarakat Bugis yang hidup di pesisir. Saat ini, biaya untuk membangun Kapal Phinisi bisa mencapai miliaran rupiah.

"Kapal Phinisi tersebut seolah menegaskan slogan nenek moyang Sulawesi Selatan, 'Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Artinya, pantang pulang sebelum mendapatkan hasil. Lebih kurang begitu," ujar Rusli.

Kalau mau tahu lebih jelas, datang saja ke Museum La Galigo yang terletak di Komplek Fort Rotterdam, Jalan Ujung Pandang, Makassar. Biaya untuk masuk ke museum ini tidak mahal, hanya Rp 5.000 untuk orang dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak. Anda bisa menambah wawasan dan mengenal lebih dekat karakter masyarakat Sulawesi Selatan.

Museum ini juga nyaman karena selain dilengkapi juru pandu, ruangan juga dilengkapi dengan pendingin udara. Jadi, tidak ada salahnya untuk mengunjungi Museum La Galigo. Jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan momen dan benda-benda bersejarah tersebut.

0 komentar:

Post a Comment