Thursday, January 3, 2013

Kabut yang Menghipnosis di Borobudur


detikTravel Community - 

Bukit Punthuk Setumbu adalah titik terbaik melihat Candi Borobudur, Magelang, dari puncak bukit. Indahnya Borobudur diselimuti kabut pagi, bak sebuah negeri di atas awan. Keindahannya menghipnosis wisatawan.

Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, adalah Situs Warisan Dunia UNESCO no 592, sekaligus menjadi salah satu dari bangunan keajaiban dunia. Candi itu dibangun sekitar tahun 800 Masehi, pada masa pemerintahan Syailendra. Candi ini memiliki 6 teras berbentuk bujur sangkar, di atasnya terdapat 3 pelataran melingkar. Dindingnya dihiasi 2.672 panel relief, dan 504 arca Buddha.

Lokasinya yang terletak 40 km sebelah barat laut Yogyakarta menarik kami untuk mengungkap keindahan candi ini. Penasaran akan indahnya Borobudur di pagi hari, kami bangun pukul 03.00 WIB di sebuah guesthouse di Rejowinangun, Kotagede. Kami segera menuju ke sebuah bukit yang jaraknya 4 km dari Borobudur. Namanya adalah Bukit Punthuk Setumbu.

Perjalanan kami diwarnai pemandangan sawah yang terhampar, pegunungan berapi, Gunung Menoreh, dan Gunung Tidar yang mengelilingi candi ini. Tak ketinggalan, serombongan warga desa yang baru pulang menunaikan salat subuh.

Sekitar pukul 05.00 WIB kami sampai di kaki Bukit Setumbu. Kami disambut keramahan warga setempat. Sekitar setengah jam perjalanan menuju puncak bukit yang cukup curam ini, letih pun terbayar lunas. Pemandangannya sangat indah!

Di puncak bukit ketinggian 400 mdpl ini kami melihat apa yang disebut sebagai Negeri di Awan. Negeri itu, adalah sebuah bangunan kuno yang ditemukan oleh Thomas Stamford Raffles pada 1814 dengan tinggi 42 mdpl. Bangunan itu seperti menyembul di atas kabut putih tebal di pagi hari.

Detik-detik tersingkapnya Candi Borobudur ini kami nikmati dengan penuh kekaguman pada Sang Pencipta. Udara pagi khas pegunungan terasa sangat segar. Pemandangan pegunungan pun memesona dari semua penjuru. Sang fajar yang awalnya sembunyi di punggung Gunung Merapi dan Merbabu sedikit demi sedikit menampakkan diri. Berubah warna dari kemerahan menjadi kuning terang.

Waktu itu adalah akhir pekan di awal April. Cukup banyak turis asing yang lebih dulu mengabadikan keindahan Candi Borobudur dari Bukit Punthuk Setumbu. Kami pun sempat berkenalan dengan rombongan turis asal China dan Kanada.

Pukul 07.00 WIB kami turun bukit. Perjalanan kami lanjutkan sambil menikmati keindahan candi Buddha terbesar di dunia itu, yang bisa ditempuh sektiar 10-15 menit menggunakan mobil. Tiket masuk ke Candi Borobudur hari libur seperti ini memang cukup mahal, Rp 30.000 per orang. Tapi melihat kegagahan Borobudur seperti tak ternilai harganya.

Memasuki kawasan ini, Anda akan dipinjami kain batik atau sarung bermotif Candi Borobudur. Para pengelola candi ini ingin melestarikan budaya bangsa. Para turis asing bahkan tampak sangat bersemangat saat mengenakan kain tersebut.

Kami beruntung waktu tiba di pelataran candi. Di bawah teras Kamandhatu, serombongan umat Buddha sedang mengadakan ritual keagamaan mengelilingi Candi Borobudur. Dari tiap teras, terus naik hingga ke puncak. Upacara sembahyang ini dipimpin biksu suci yang mengenakan jubah warna merah, diikuti para umat yang mengenakan jubah cokelat. Setiap jalan beberapa langkah, sambil memanjatkan doa, mereka melakukan gerakan sujud di tanah.

Suasana Borobudur saat itu sangat ramai, penuh rombongan turis dan rombongan study tour dari sekolah di Jawa Timur. Akhirnya pukul 10.00 WIB kami meninggalkan Borobudur untuk melanjutkan perjalanan backpacking kami selanjutnya.

0 komentar:

Post a Comment