detikTravel Community -
Melukis di atas kanvas sudah biasa dilakukan para seniman. Nah, kalau Suku Asei yang tinggal di Danau Sentani, Papua, biasa melukis di atas kulit kayu. Hasilnya, lukisan yang sangat artistik!
Setelah tim Dream Destination Papua berkeliling menikmati indahnya pesona Danau Sentani, perahu kami berhenti di pinggir dermaga sebuah pulau. Sebuah gapura kecil bertuliskan Onomi Foimoi menyambut kedatangan kami. Memasuki area perkampungan Asei, beberapa ibu dan anak menggelar lukisan-lukisan bergambar unik.
Setelah saya amati lukisannya, ternyata media yang digunakan untuk melukis adalah kulit kayu. Berbagai macam gambar telah tertuang di kulit kayu. Kulit kayu ini diambil dari pohon khombouw.
Salah seorang ibu yang melukis di kulit kayu menjelaskan, proses untuk mengolah kulit kayu sebelum dilukis tidak terlalu susah. Kulit kayu khombow dicuci, kemudian ditumbuk, dan dijemur di bawah sinar matahari.
Gambar yang dilukis di atas kulit kayu ini sangat beragam mulai dari gambar ikan, burung cendrawasih, tifa (gendang khas Papua-red), sampai buaya. Makna dari sebuah lukisan juga berbeda, misalnya lukisan yang menggambarkan buaya.
Buaya merupakan salah satu hewan yang konon menjadi penjaga Ondovolo, seorang Raja Sentani. Menurut cerita warga setempat, buaya buaya itu masih hidup sejahtera di Danau Sentani ini. Hiii, takut!
Ternyata, zaman dulu kulit kayu ini hanya digunakan oleh para bangsawan kerajaan di Sentani sebagai busana atau bisa disebut dengan malow. Harga yang ditwarkan untuk lukisan kulit kayu ini sangat beragam. Harga disesuaikan dengan ukuran serta gambar pada lukisan yang tertuang pada kulit kayu itu. Dari harga yang paling murah Rp 5.000 hingga Rp 300.000. Jangan lupa untuk berburu lukisan kulit kayu ya kalau sudah sampai Sentani!
0 komentar:
Post a Comment