Monday, February 25, 2013

Sejarah Makassar Tersimpan Rapat di Fort Rotterdam


Makassar - Kota Makassar tak hanya menyuguhkan destinasi wisata pinggir laut, tetapi juga sebuah wisata sejarah tentang masyarakat Sulawesi Selatan yang terekam baik dalam sebuah benteng kuno peninggalan Belanda, Fort Rotterdam. Wajib datang!

Fort Rotterdam atau dikenal juga dengan Benteng Ujung Pandang, terletak di Jalan Ujung Pandang No 1, Kota Makassar. Lokasi wisata ini hanya berjarak sekitar 1 Km dari Pantai Losari, atau jika ditempuh dari Bandara Sultan Hasanuddin sekitar 30 menit mengendarai mobil maupun motor. Sementara dari Pelabuhan Sukarno Hatta ditempuh hanya sekitar 15 menit.

detikTravel menyambangi tempat ini minggu lalu. Tiba di depan Fort Rotterdam, pengunjung disambut sebuah patung Sultan Hasanuddin yang tengah menunggang kuda berada di sebelah kanan pintu masuk. Sebuah susunan huruf besar juga tampak jelas bertuliskan, 'FORT ROTTERDAM' tertanam di halaman depan menyambut para pengunjung.

Pintu masuk Fort Rotterdam adalah sebuah benteng setinggi sekitar 3 meter, pengunjung diperkenankan mengisi buku tamu sebelum masuk ke dalam benteng. Memasuki bagian dalam Fort Rotterdam, pengunjung disambut sebuah taman hijau nan asri yang berada di tengah-tengah benteng. Taman itu dikelilingi oleh bangunan tua bertingkat 2, sementara tembok setinggi sekitar 3 meter tampak mengelilingi kawasan Fort Rotterdam ini.

Adalah Museum La Galigo, sebuah museum berlantai 2 di dalam kawasan benteng Fort Rotterdam yang menyimpan bukti-bukti dan catatan sejarah perkembangan hidup masyarakat Sulawesi Selatan. Setiap pengunjung yang memasuki musem dikenakan tiket Rp. 5.000 bagi dewasa dan Rp 3.000 bagi anak-anak. Begitu pengunjung memasuki ke dalam museum, aroma kehidupan masa lalu masyarakat Sulawesi Selatan sangat kental terasa ketika dihadapkan pada benda-benda dan naskah sejarah masyarakat Sulsel.

Di dalam museum yang relatif hening suasananya, terdapat koleksi benda-benda bersejarah dari mulai zaman prasejarah yang menampilkan fosil bebatuan dan senjata-senjata kuno masyarakat Sulawasi Selatan, hingga perkembangan budaya di masa modern. Benda-benda bersejarah itu ditampilkan dalam kotak kaca besar maupun etalase-etalase, antara lain adalah kapak, mata panah, perhiasan, patung dan masih banyak lagi.

Selain benda-benda kuno, Museum La Galigo juga menampilkan sejarah hidup masyarakat Sulawesi Selatan yang ditampilkan dengan model rumah adat. Museum ini juga menampilkan kehidupan mata pencaharian masyarakat setempat yang mayoritas adalah pelaut. Sebuah miniatur kapal Phinisi terpajang di salah satu sudut museum menggambarkan bagaimana masyarakat Sulawesi Selatan sejak dulu memang seorang pelaut ulung.

Tak hanya itu, karakter dan budaya masyarakat Bugis Makassar juga ditampilkan dalam sebuah naskah, antara lain menuliskan "Taniya ugi narekko de' na punnai kawasli'. Artinya 'Bukan seorang Bugis kalau tidak memiliki badik (semacam parang kecil). Begitu juga dengan Suku Makassar, "Teyai bura'ne punna tena namalaki badi". Artinya bukan laki-laki kalau tidak memiliki badik.

Jika menilik sejarah, Benteng Fort Rotterdam dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua (Penyu) yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Sebutan panyyua atau penyu mengacu pada bentuk keseluruhan Benteng Fort Rotterdam yang jika dilihat dari udara, tampak menyerupai seekor penyu yang akan masuk ke pantai.

Saat Kerajaan Gowa-Tallo berkuasa, mereka menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa menyerahkan benteng Ujung Pandang kepada Belanda. Sejak pasukan Belanda menempati benteng itulah nama Benteng Ujung Pandang berubah menjadi Fort Rotterdam.

Secara umum bangunan-bangunan di dalam kawasan Benteng Fort Rotterdam berada dalam kondisi utuh dan terawat. Bahkan di tengah-tengah benteng, tepatnya sekitar taman terdapat sebuah bangunan yang di depannya biasa dibangun sebagai panggung untuk pagelaran seni. Sangat menarik.

Jadi, tunggu apa lagi untuk belajar sejarah masyarakat Sulawesi Selatan? Fort Rotterdam siap menyambut wisatawan yang datang.

0 komentar:

Post a Comment