Monday, February 11, 2013

'Blusukan' Bareng Orangutan & Babi Hutan di Kalimantan Tengah


detikTravel Community - 

Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah tak hanya terkenal sebagai konservasi orangutan. Ini adalah paru-paru dunia, menyuplai oksigen lewat rimbunnya pepohonan dan hutan hujan tropis yang masih terjaga.

"Selamat datang di paru-paru dunia," ucap saya saat menginjakkan kaki di Bandara Udara Iskandar Muda, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Tak seorang pun yang menyangkal eksistensi hutan-hutan di Kalimantan sebagai penyedia oksigen terbesar di bumi.

Pangkalan Bun adalah gerbang awal petualangan kali ini. Penghujung tahuun 2012 lalu, saya berkesempatan menggores kenangan di TN Tanjung Puting yang merupakan tempat riset sekaligus pusat konservasi orangutan terbesar di Indonesia. Saking terkenalnya, 1 dari 3 pusat konservasi di TN Tanjung Puting yakni Camp Leakey telah dua kali menjadi cover majalah National Geographic.

Kami tiba di Kumai ketika perahu kayu yang disebut 'klotok' itu sudah bersandar di dermaga. Satu per satu kami menaiki klotok Dolphin yang menjadi alat transportasi saat menyusuri sungai dan hutan. Ini adalah pengalaman baru bagi saya, menghabiskan waktu 4 hari 3 malam di perahu saja!

Kami pun melanjutkan perjalanan dengan rute Sekonyer-Tanjung Harapan-Pondok Tangui-Camp Leakey. Sekonyer adalah pintu masuk TN Tanjung Puting, sementara Tanjung Harapan adalah pusat konservasi orangutan yang kami datangi pada hari pertama.

Walaupun tersohor sebagai habitat orangutan, sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan lain yang tak kalah menarik. Deretan pohon menjulang tinggi di kanan-kiri sungai. Puluhan bekantan bersantai di atas pohon saat senja hingga malam menyapa.

Hari kedua kami mengunjungi Pondok Tangui dan Camp Leakey. Orangutan pejantan yang dominan di Pondok Tangui bernama Doyok, sementara di Camp Leakey bernama Tom. Sayangnya, di hari kedua itu kami hanya bisa menemui Doyok. Waktu tiba di Camp Leakey kami disambut hujan deras! Untung saja sejak awal kami berencana bermalam, sehingga ada kemungkinan bertemu Tom keesokan paginya.

Benar saja, esok paginya, keberuntungan berpihak pada kami. Cuaca cerah, para penghuni Camp Leakey menyambut dengan ramah. Beberapa kali saya dan pengunjung lainnya bisa berfoto dengan jarak yang cukup dekat dengan Tom. Mood orangutan yang satu ini tampaknya sedang baik. Ia bertahan cukup lama di antara kami, seolah menikmati perhatian yang tertuju padanya.

Bagi saya, TN Tanjung Puting bukan sekadar cerita tentang Tom ataupun Doyok. Saya menikmati setiap detik di tempat ini, mulai dari koor merdu binatang malam, bulan purnama yang tampak jelas, hingga bintang jatuh sebagai pengawal subuh.

0 komentar:

Post a Comment