Thursday, February 21, 2013

Bertamu ke Rumah Orang Paling Penting di Bukittinggi


Bukittinggi - Tidak terlihat ada yang istimewa dari rumah di Jl Jalan Soekarno-Hatta No 37, Bukittinggi. Tapi, rumah tua ini adalah tempat lahir dan tumbuhnya Bung Hatta, Wakil Presiden Indonesia pertama. Rumah bersejarah yang penuh kisah.

Tampak depan rumah ini layaknya rumah-rumah Minang lainnya. Rumah yang terbuat dari kayu dengan atap yang meruncing. Halaman rumahnya cukup luas dan ditumbuhi peohonan beserta semak-semak yang rapi. Udaranya segar sekali.

"Selamat datang Mas di Museum Rumah Bung Hatta. Ini tempatnya Bung Hatta dilahirkan," kata pemandu setempat yang menyambut kedatangan saya, Dessiwaty.

Setelah melepas sepatu, saya mengisi buku tamu. Rumahnya terlihat sungguh bersih dan terawat. Di depan pintu masuknya, ada satu ruangan yang bernama Kamar Bujang. Kamar apa ini?

"Ini Kamar Bujang. Tempat Bung Hatta membaca buku dan berpikir. Ada sekitar 6.000 buku bacaan Bung Hatta dan juga ada contoh pidato beliau di sini," ucap Dessiwaty menjawab rasa penasaran saya.

6.000 buku adalah jumlah yang tidak sedikit. Saya terhentak kaget saat mendengarnya. Pantas saja, Bung Hatta seorang yang cerdas. Hampir semua buku dilahapnya. Dari buku-buku tersebutlah Bung Hatta berpikir dan memikirkan strategi untuk memimpin bangsa ini.

Saya kemudian melangkahkan kaki ke ruang tamunya. Beberapa koleksi seperti vas bunga, meja makan, dan cangkirnya masih asli peninggalan keluarga beliau. Di ruangan inilah Bung Hatta menyambut tamu, ruangan yang tak pernah sepi tamu apalagi saat Hari Raya Lebaran tiba.

Tak hanya itu, mata saya menangkap koleksi foto-foto Bung Hatta. Ada fotonya sejak masih kecil, saat masih muda, hingga saat menjadi wakil presiden yang setia mendampingi Bung Karno. Foto beliau bersama istri dan anaknya juga terbingkai dalam frame yang besar. Keluarga yang harmonis.

"Rumah ini masih asli dan renovasinya tidak mengubah bentuk asli rumahnya. Di sini Bung Hatta tinggal sampai umur 11 tahun. Lalu sekolah di Padang, Jakarta, hingga kuliah di Belanda," kata Dessiwaty yang mendampingi saya.

Di ruang belakang, ada dapur dan ruang makan kecil. Saya pun iseng bertanya, apa ya masakan kesukaan Bung Hatta?

"Beliau suka gulai kari pakai acar kuning, yang masak orang India kenalan beliau," jawab Dessiwaty.

Setelah itu, Dessiwaty mengajak saya ke kamar di lantai dua. Dia mau menunjukan kamar lahirnya Bung Hatta. Kamar yang menjadi saksi lahirnya Wakil Presiden pertama Indonesia.

Sebuah papan kecil bertuliskan Kamar Lahir Bung Hatta terpampang di atas pintu masuk. Kamarnya luas dan juga bersih. Jendela yang dibuka, menjadi saluran masuknya udara segar dari luar. Dan di depan saya, ada ranjang besar dengan seprai berwarna putih bersih.

"Di sinilah Bung Hatta dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1902 oleh Aminah, ibunya," ungkap Dessiwaty.

Saya pun meminta izin memotret dan Dessiwaty pun memperbolehkan saya memotret sepuasnya. "Silakan Mas kalau mau foto-foto, foto sama ranjangnya juga boleh. Siapa tahu nanti bisa jadi secerdas Bung Hatta," celetuk Dessiwaty tersenyum yang saya amini dalam hati kecil.

Bertamu ke Museum Rumah Bung Hatta adalah pengalaman yang tak mungkin saya lupakan seumur hidup. Banyaknya informasi dan fakta-fakta menarik di rumah ini, membuat saya makin menggagumi sosok Bung Hatta yang kalem dan berkacamata. Berkunjung ke sini seolah menyelami samudera ilmu.

Museum Rumah Bung Hatta buka setiap hari dari jam 08.00-16.00 WIB. Biaya masuk ke rumah ini adalah sukarela. Berapa pun biaya yang dikeluarkan, rasanya tak sebanding dengan ilmu dan kisah yang saya dapatkan dari rumah bersejarah ini.

"Banyak wisatawan Belanda datang ke sini karena menggagumi sosok dan pemikiran beliau yang cerdas," kata Dessiwaty yang kemudian membalas ucapan salam saya saat berpamitan.

0 komentar:

Post a Comment