Wednesday, January 2, 2013

Timor Leste, Kepingan Indah yang Terlepas Dari Indonesia


detikTravel Community - 

Timor Leste adalah kepingan indah yang terlepas dari Indonesia. Di sana ada patung Cristo Rei yang mirip dengan patung Yesus di Brazil, pantai-pantai berpasir putih yang indah, dan Danau Talsi Tolu. Wisata ke sana, kenapa tidak?

Mantan Provinsi ke-27 Indonesia ini memang menggugah rasa penasaran untuk dikunjungi. Dengan alam yang indah dan bantuan dari PBB, negara termuda di Asia Tenggara ini sedang mencoba menata diri dan identitasnya.

"Kebanyakan orang sini masih bisa berbahasa Indonesia, mungkin hanya anak-anak kecil yang so (tidak) bisa," tutur Euraso, sopir taksi yang membawa kami ke Cristo Rei, salah satu ikon wisata di Dili.

Sejak berpisah dari Indonesia pada tahun 2002, Republik Demokrasi Timor Leste memang menetapkan bahasa Tetun dan bahasa Portugis sebagai bahasa resmi mereka. Lalu, mengganti mata uang dari rupiah menjadi dollar Amerika dan pecahan kecil logam, seperti centavos dan quatro. Timor Leste memang seolah berbenah dan berusaha menghapuskan segala sesuatu berbau Indonesia dan memberikan identitas baru bagi bangsanya.

"Tetapi kalau mau jujur, pembangunan lebih cepat maju saat zaman Indonesia. Ini patung dan jalan juga peninggalan pemerintah Indonesia," Euraso menutup perjalanan kami seraya menunjuk logo 'Hutama Karya' usang di pinggir jalan.

Bukan politis yang membawa kami ke Dili, kami hanya ingin melihat wajah negara termuda di Asia Tenggara ini. Visa perbatasan seharga USD 25 atau sekitar Rp 242 ribu pun harus kami tebus untuk memasuki Timor Leste. Satu pemandangan yang unik di Kota Dili adalah banyaknya mobil PBB dan tentara asing yang berkeliaran.

Restoran-restoran khas berbagai negara pun bermunculan, mulai dari Thailand, India, sampai Turki bisa ditemui, dengan pekerja ekspat ataupun tentara sebagai pelanggan utamanya. Restoran Indonesia juga bisa kita temui, rasanya lucu saat kami bertanya berapa harga sop konro dan dijawab dengan, "1 dollar quatro".

Negara yang pernah dikunjungi Paus Johanes Paulus II ini menyimpan banyak tempat wisata yang menarik. Mulai dari Patung Cristo Rei setinggi 27 meter yang mirip dengan patung Christ the redeemer di Brazil, pantai-pantai indah berpasir putih di Areia Branca, dan Danau Talsi Tolu.

Presiden Ramos Horta yang menjabat saat itu juga membuka istana negaranya menjadi tempat wisata. Ada lapangan bermain anak-anak, kolam renang dan prajurit berpakaian tradisional sebagai penjaga istananya.

Istana ini pun dijuluki The Most Accesible Presidential Palace in the World. Chega exhibition menampilkan sejarah perjuangan Timor Leste untuk dapat merdeka, baru kali ini saya melihat Indonesia dipandang sebagai penjajah.

Saat perjalanan dari Batugade ke Dili, bus yang kami naiki sempat dihentikan. Semua penumpang turun, ternyata saat itu Perdana Menteri Xanana Gusmao sedang melintas dan warga dengan antusias melambaikan tangan kepada pemimpin mereka itu. "Buat Xanana,saya rela mati," kata Romulo, penumpang di sebelah kami.

Saat duduk-duduk bersantai menikmati matahari terbenam di Pantai Dili, kami dikagetkan dengan lewatnya Presiden Ramos Horta dengan VW Safari terbukanya. Sang presiden dengan santai mengemudikan sendiri mobil tuanya sementara pengawalnya mengikuti dengan mobil di belakang.

"Memang gayanya seperti itu," tutur Amaral, seorang karyawan di TV Timor Leste yang kebetulan kami temui di sana sore itu. Amaral menamatkan pendidikannya di Universitas Gajah Mada dan rutin berkunjung ke Jakarta guna belajar teknik broadcasting.

Indonesia memang masih menjadi pilihan utama bagi warga Timor Leste yang ingin belajar. "Bahasa Indonesia lebih mudah dan biaya lebih murah," katanya.

Seteguk jus jeruk dan tawa mengenai lagu "Januari di Kota Dili" pun menutup pembicaraan kami dengannya sore itu. Semoga sukses saudara mudaku!

0 komentar:

Post a Comment