Tuesday, January 22, 2013

Benteng Vredeburg, Akhir Pekan di Yogya Rasa Belanda


detikTravel Community - 

Selain bangunan bersejarah dan candi, Yogya juga punya Benteng Vredeburg. Bangunan yang telah menjadi museum ini, dulunya adalah sebagai pusat pemerintahan Belanda. Berakhir pekan di sini, Anda akan serasa sedang di Belanda!

Dalam rangka libur hari raya Idul Fitri tahun 2012 lalu, tepatnya pada tanggal 22 Agustus 2012, kami berkesempatan untuk mengunjungi Museum Benteng Vredeburg yang terletak di Jalan Ahmad Yani No 6 atau di kawasan Malioboro, Yogyakarta. Gedung bersejarah ini terletak di depan Gedung Agung, yaitu satu dari tujuh istana kepresidenan di Indonesia dan Istana Sultan Yogyakarta Hadiningrat.

Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang dibangun tahun 1765 oleh VOC di Yogyakarta selama masa kolonial VOC. Benteng ini digunakan sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan Gubernur Belanda kala itu. Benteng ini dikelilingi oleh sebuah parit yang masih bisa terlihat sampai sekarang. Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau di keempat sudutnya. Di masa lalu, tentara VOC dan juga Belanda sering berpatroli mengelilingi dindingnya.

Pada tanggal 23 November 1992, Museum Benteng Vredeburg secara resmi menjadi salah satu Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Yogyakarta. Museum Benteng Vredeburg ini buka pada hari Selasa sampai Jumat pukul 08.00 WIB hingga 15.30 WIB dan hari Sabtu sampai Minggu pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Sementara pada hari Senin, tempat ini libur. Untuk dapat masuk kawasan ini, pengunjung cukup membayar tiket sebesar Rp 2.000.

Secara keseluruhan, kalau tidak salah hitung, museum ini memliki 4 gedung diorama mengenai peritiwa sejarah di Indonesia, khususnya yang terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut gambaran sekilas isi dari masing-masing diorama:

Gedung Diorama 1

Bangunan ini berisikan berbagai cerita tentang sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Mulai dari era Pangeran Diponegoro, kongres Budi Utomo di Yogyakarta, berdirinya organisasi Muhammadiyah, pemogokan kaum buruh di pabrik gula di sekitar Yogyakarta, berdirinya Tamansiswa, Kongres Peremuan Indonesia yang pertama, Kongres Jong Java, hingga sejarah awal mula masuknya Jepang di Yogyakarta ada semua di sini.

Gedung Diorama 2

Bangunan ini berisikan berbagai cerita tentang sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia pada era Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dimulai dari diorama ketika Sultan Hamengkubowono IX memimpin rapat dalam rangka dukungan terhadap proklamasi, pengambil alihan percetakan Harian Sinar Matahari dan diganti namanya menjadi Kedaulatan Rakyat, hingga penurunan bendera Hinomaru dan pengibaran bendera merah putih di Gedung Cokan Kantai (Gedung Agung).  

Kemudian ada juga diorama tentang peristiwa pengeboman Balai Mataram, Gedung RRI, dan Museum Sonobodoyo oleh tentara sekutu. Selanjutnya, ada peristiwa Pertempuran Kotabaru, pelucutan senjata tentara Jepang oleh polisi istimewa, pemuda, dan rakyat. Diorama selanjutnya, ada cerita tentang berdirinya sekolah Militer Akademi di Yogyakarta, pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Kongres Pemuda di Yogyakarta, sejarah berdirinya Universitas Gadjah Mada, hingga masa pemindahan Ibukota Negara Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.

Gedung Diorama 3

Sayangnya, pada saat kami berkunjung, Gedung Diorama 3 sedang dalam renovasi. Jadi, kami mohon maaf karena tidak dapat menggambarkan tentang isi dari gedung ini.

Gedung Diorama 4

Selanjutnya, yuk ke Gedung Diorama 4! Bangunan ini berisikan berbagai cerita tentang sejarah Indonesia setelah kemerdekaan. Mulai dari pemilihan umum pertama Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta, pertemuan Rencana Colombo tahun 1959, Seminar Nasional Pancasila I, serta pencanangan Tri Komando Rakyat (Trikora) sebagai upaya pembebasan Irian Barat.

Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) PKI di Yogyakarta, rapat kebulatan tekad penumpasan G30S PKI di Alun-alun Utara Yogyakarta, sampai dengan momen penyamapaian amanat dari Presiden Soeharto tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dalam rangka Dies Natalis Universitas Gadjah Mada tahun 1974 juga ada di gedung ini.

Selain gedung diorama yang berisikan gambaran sejarah di Indonesia, di dalam Museum Benteng Vredeburg juga terdapat fasilitas dengan teknologi layar sentuh yang berisikan panduan wisata di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Fasilitas ini dilengkapi dengan petunjuk jalan, informasi mengenai tempat kuliner, serta akomodasi di Yogyakarta.

Traveler tertarik untuk mengunjungi Museum Benteng Vredeburg? Jangan lupa ajak anak, keponakan, atau pun saudaranya, ya! Terutama yang masih duduk di bangku sekolah. Mereka akan banyak belajar sejarah di tempat ini. Kami pun yang sudah kerja jadi banyak mengetahui tentang sejarah lho.

Anda lelah, lapar, atau haus? Tenang, di tempat ini juga terdapat kantin, coffee shop, dan restoran. Sekitar 20 meter di sebelah kanan kantin juga terdapat musholla. Bangunan benteng bergaya Eropa di sini pun akan membuat Anda 'terlempar' ke zaman kolonial Belanda. Seru!

0 komentar:

Post a Comment