Monday, December 24, 2012

Melongok Rumah Ibu Demokrasi Myanmar di Yangon


Yangon - Di kancah internasional, Aung San Suu Kyi dikenal sebagai ibu sekaligus ikon demokrasi Myanmar. Tak kalah tenar pula kediaman Aung San Suu Kyi, tempatnya menjalani tahanan rumah selama bertahun-tahun.

Aung San Suu Kyi lahir di Rangoon -nama lama Yangon- 67 tahun silam dari ayah yang juga dikenal sebagai salah satu figur penting dalam kemerdekaan Myanmar, Jenderal Aung San. Kendatipun telah meninggal dunia karena dibunuh, pada tahun 1947 silam, nama Jenderal Aung San masih tetap harum dan terus dikenang di negara tersebut.

Dengan figur sang ayah yang masih amat berpengaruh, Aung San Suu Kyi pada prosesnya juga tampil menjadi sosok yang ingin membawa angin perubahan kepada negaranya. Ia menjadi oposisi dari pemerintahan Myanmar di bawah junta militer sampai mendapatkan hukuman tahanan rumah pada tahun 1989.

Selama 15 tahun, peraih Nobel Perdamaian itu kemudian keluar-masuk dari statusnya sebagai tahanan rumah. Baru pada November 2010, tak lepas dari tekanan internasional, pemerintah Myanmar setuju untuk melepaskan Aung San Suu Kyi dari status tersebut.

Adalah sebuah rumah yang terletak di wilayah University Avenue, Yangon, dan berada di tepi Danau Inya, yang didiami oleh Aung San Suu Kyi selama menjalani statusnya sebagai tahanan rumah sampai saat ini ketika ia sudah bebas.

Sebelum November 2010, siapapun yang ingin melihat kediaman Aung San Suu Kyi tersebut cuma bisa melongok bagian belakangnya dari tepi Danau Inya, dengan jarak sekitar 300 meter. Bagian depan rumah mendapatkan penjagaan ketat dari aparat.

Berkesempatan menyambangi Myanmar pada 17-21 Desember 2012, rumah Aung San Suu Kyi, yang juga sempat disambangi Presiden Amerika Serikat Barrack Obama medio November lalu, menjadi salah satu lokasi yang sempat detikcom datangi.

Perjalanan dimulai dari tepi Danau Inya, yang terlihat asri dan juga menjadi lokasi aktivitas warga sekitar. Datang ke lokasi sekitar pukul 13.00 waktu setempat, beberapa kursi pun tampak diisi oleh pasangan muda-mudi yang asyik bercengkerama di bawah naungan payung mungil untuk melindungi diri dari sengatan matahari.

"Tempat ini ramai sekali kalau di pagi hari. Ada yang berolahraga, ada pula yang bersantai. Tempat yang bagus juga untuk berkenalan dengan lawan jenis lho," celetuk Zaw Jar, tour guide kami dalam bahasa Inggris yang lancar.

Perjalanan kemudian kami lanjutkan dan tak sampai lima menit berkendara kami sudah berada di bagian depan rumah Aung San Suu Kyi di University Road. Tak ada penjagaan aparat, meski pagar tinggi membuat kami tetap tidak bisa melihat keadaan di dalam sana. Bendera dan poster partai politik National League for Democracy (NLD), partai Aung San Suu Kyi, dan foto Jenderal Aung San tampak menghiasi pagar tinggi rumah tersebut.

Puas mengambil gambar, kami pun beranjak. Baru beberapa langkah, sebuah mobil lain terlihat menepi dan satu keluarga berambut pirang terlihat turun. Seperti kami sebelumnya, mereka pun langsung sibuk mengambil gambar di depan kediaman Aung San Suu Kyi.

Tak terlihat ada aktivitas apapun dari sang empunya rumah di balik pagar tinggi itu. Aung San Suu Kyi memang tidak tampak, tetapi pengaruh dan keberadaannya tetap terpancar kuat dan menjadi magnet tersendiri, setidaknya, untuk kami dan keluarga bule tersebut.


0 komentar:

Post a Comment